galau masa depan
October 01, 2011belakangan ini seorang temen nanyain hal yang sama secara terus menerus. Kebetulan aja gue emang sering bareng sama dia kalo dia lagi bareng sama orang-orang yang berbeda, jadi kesannya pertanyaannya diulang-ulang, tapi pertanyaan ini kena banget. kenaaaaa banget. mungkin karena ngeliat angkatan atas ada yang baru wisuda, jadi kebawa euphorianya. Jadi pertanyaannya begini :
abis lulus mau ngapain?
saat masih tingkat satu, mungkin jawaban gue adalah mau jadi arsitek. Mau punya rumah di pinggir pantai, atau mau punya toko permen (possibly coming from a friend, not mine. I prefer a diner :D) tapi, setelah mulai tahun ketiga, possibility nya jadi banyak banget, dan kesulitannya juga jadi jelas banget.
Ada pilihan untuk ikut program profesi, atau langsung kerja, atau S2, atau jadi fasil di uni (terutama kalo nilainya oke, ya), atau banting stir sekalian yang beda banget sama kuliah, misalnya, kerja di bank (emang beneran ada), jadi ibu rumah tangga (a friend of mine keep on wishing to have a rich husband in the future so she doesn't have to bear with all the hardship of being an architect), bikin toko yang jual alat-alat kuliah, dan jadi wedding planner (beberapa hari yang lalu kepikiran kemungkinan ini).
Kalo mau jujur seeeejujur jujurnya, yang gue mau setelah lulus S1 adalah kuliah S2 di luar negeri. Gue mau jadi arsitek, but the idea of learning fascinates me more. Bukannya gue orang yang betah belajar. Nope. Not at all. Ini aja masih terus ngingetin diri supaya take the studio seriously, nggak setengah-setengah kayak 2 studio sebelumnya. Tapi gara-gara beberapa hal, gue jadi tertarik sama ide untuk terus belajar. Gue mau jadi arsitek, seriously, tapi kenapa lebih excited liat orang joint studio dan meneliti lalu bikin proyek daripada kalo ngeliat orang kerja di biro?
I don't have the answer for that right now. Let the time tells.
Dan meskipun ada aja orang-orang yang against my dream, mungkin karena ngeliatnya aneh aja kenapa bisa interest di hal-hal seperti itu, yaudahlahya. Setelah diskusi intelektual (iyuh) sama beberapa orang, gue lagi-lagi dapet kesimpulan yang sama, yang bahkan gue juga udah bosen saking jelasnya; that we are what we are, and let the rest be as they may.
kalo kata Bunda sama Ayah, terserah kakak aja mau jadi apa. Yang penting inget sama tujuan penciptaannya. bahkan terserah aja mau nilai berapa. They don't see me as a failure when I fail, they see me as someone who has to learn the bittersweet of life and to accept either the failure or the success as something to be thankful about. (happy anniversary anyway, Bunda dan Ayah. yang ke 21. Thanks for being my best life supporter, my master of trivia, and my random yet cool parents)
Jadi... abis lulus mau ngapain? let the time tells, but I would like to hear from you :D
1 comments