unsaid but hopefully well written

karena gue mudah sekali tersugesti dan terbawa perasaan gue selalu berusaha untuk berpikir rasional, dan nggak melulu disetir sama emosi. lebih tepat lagi, nggak segitu mudahnya menyerah sama emosi. perasaan. hal-hal yang... sulit banget, karena kata orang, sebagai cewek, emosi dan perasaan itu lebih dominan daripada logika.

mencoba mengerti ada orang-orang yang me'nyuperior'kan diri mereka tanpa sadar, ada orang-orang yang bedanya sampe 180 derajat sama diri kita sendiri. mencoba mengerti bahwa kalo mainnya perasaan, rumput tetangga akan selalu dan selalu lebih hijau daripada rumput di halaman sendiri.

kemarin ada yang bilang ke gue semacam begini : "aduh, Pit, jangan terlalu rasional gitu lah, ini tuh mainnya perasaan,"

nggak kok, gue nggak mengabaikan perasaan temen gue yang lagi sakit hati. bukan ngebelain temen yang satunya lagi juga. gue nggak ngebelain siapa-siapa malah. cuma gue mau realistis. kalo larut sama hal yang seperti ini kapan mau majunya? nggak larut aja mau move on nya setengah mati. ada banyak hal-hal yang lebih penting, jauh jauh jauh lebih penting daripada sekedar masalah hati. paling tidak untuk saat ini.

saat ini, gue memilih untuk menjadi rasional, bukan sentimental. karena udah tau capeknya menjadi solider untuk hal-hal yang nggak perlu. udah tau diri kalo gue itu orang yang gampang kena sugesti, bisa kesel sama orang lain hanya karena cerita dari temen sendiri. dan mudah-mudahan, kalo suatu saat ini menimpa gue, gue bisa menjadi orang yang nggak larut dalam perasaan sendiri. amiiiin.

seriously, the best script on earth have been written and it's always up to us to choose the path and the role we would like to play

gue baru menyadari bahwa kadang-kadang imajinasi gue suka berkembang terlalu liar dan tidak disalurkan di saat yang tepat (misalnya saat ngerjain project *sigh MASIH ADA DESIGN REPORT FITRI! AYO BAYAR SEMUA *jadi curhat)

maksudnya begini. kadang-kadang gue dihadapkan pada suatu keadaan terus gue mulai ngehayal macem-macem. to think about every single possibilities that may happens in one situation. misalnya nih, lagi hujan deras terus gue masih di kampus. Gue bingung gimana caranya pulang, jadi gue berpikir. Tapi gue nggak mikirin gimana caranya pulang, gue berpikir tentang apa yang bisa terjadi kalo misalnya gue pulang.

skenarionya lalu jadi begini:

gue pulang, ujan-ujanan. nyampe rumah gue langsung beres-beres terus mandi terus minum teh anget, makan malem, terus tiba-tiba mood ngerjain tugas gue tinggi banget jadi gue ngerjain tugas, terus gue bikin porto yang fabulous terus gue tidur. eh besoknya gue malah demam dan jadinya nggak bisa presentasi. kan jadinya itu sama aja bohong. tapi ya udah, karena gue orangnya terima kenyataan jadi gue istirahat. nggak taunya sakit gue makin parah, terus gue dibawa ke dokter, terus ternyata gue demam berdarah, dan harus diinfus. terus akhirnya temen-temen gue nengokin gue di rumah sakit.

setelah gue sadar gue ngelantur, ternyata gue masih di kampus dan hujannya masih deras juga.

sekedar info saja, gue sering banget tanpa sadar bikin skenario semacam ini di otak gue. yang akhirnya gue sakit demam berdarah terus diinfus. mungkin karena gue nggak pernah diopname, nggak mau diopname, takut diinfus, dan nggak mau diinfus. jangankan diinfus sendiri, ngeliat orang diinfus dan ganti infus aja rasanya ngilu. dan jangankan infus, pake plester luka aja gue nggak berani. (sekarang lihatlah betapa nggak cocoknya gue dengan jurusan kedokteran dan keperawatan --")

oke. jadi gue sering, sering, sering sekali melamun.

kadang-kadang gue juga berpikir, mungkin sebenernya kalo imajinasi berlebihan gue disalurkan pada hal-hal yang benar (seperti misalnya mengerjakan tugas) mungkin gue bisa jadi fabulous beneran.

dan mungkin aja masalahnya bukan karena gue nggak bisa berimajinasi. mungkin masalahnya karena gue... nggak percaya diri.

this actually strikes me today, this morning to be exact. ceritanya adalah hari ini gue ikutan psiko test buat beasiswa dan kemaren gue baru aja presentasi eksternal (yang kacau balau). pas pagi lagi siap-siap mau berangkat, tiba-tiba gue mikir, kalo hari ini gue wawancara beasiswa gue bakalan ditanya dan ngomong apa, ya?

jadi sebenernya gue mulai membayangkan satu skenario lagi soal wawancara beasiswa itu tadi pagi. sampe detail banget satu pertanyaannya doang. dan gue baru sadar sekarang kalo gue bisa sedetail itu kalo ngelamun. Tapi ternyata skenario gue ini semacam memberi alternatif jawaban tentang satu pertanyaan yang sebelumnya berputar-putar di kepala gue.

tentang kegalauan kuliah. kenapa sih kok gue nggak bisa se-expert si itu. kenapa ya dia bisa stand-out of the crowd, dan keliatannya effortless. atau, apakah mereka memang born with such ability? mungkin memang bukan kapasitas gue buat nyaingin.

semua pertanyaan dan pernyataan rendah diri, yang mungkin bukan cuma gue, tapi juga orang-orang lain pernah alami.

mungkin salahnya bukan di orang lainnya. yang salah itu karena gue nggak percaya diri. lacking of self-confident. gue nggak seperti orang-orang yang gue bilang oke itu, pasti karena gue nggak membiarkan diri gue sendiri untuk keluar dari comfort zone gue sendiri.

hah, lega jadinya setelah nulis ini :)

inspired by quote posted by a friend of mine in her latest post. hey you, I love to promote your blog because of its awesome content :D

and I change the color of the blog. I guess it is a bit too bright. isn't it?

dan baru buka website nya sekolah masa depan gue (insyaAllah AMIIIIIIIIIIIN) nemu foto ini HAH I'LL BE JUST LIKE HER. WEARING HIJAB IN LONDON! catch me there soon :D

to dream is to achieve, right?