unsaid but hopefully well written

terngiang-ngiang terus komen temen gue yang ini di post sebelum-sebelumnya. dan ya, ini adalah topik ke-18. karena yang kemaren itu sudah gue rencanakan sejak lama untuk ditulis. berbeda, bukan? makanya bisa diitung dua. sekalian ngejar challenge yang bolong --"

kuliah gue... hemm, bukan sedang hectic, tapi memang selalu hectic. dan akhirnya gue mengakui juga kalo ada tugas-tugas yang terbengkalai, padahal selama ini selalu menghibur diri dengan bilang bahwa gue pasti bisa ngerjain itu semua kan nggak mungkin dikasih yang melebihi kemampuan kita.

kenyataannya, semua masalah kuliah dan organisasi ini pastinya tidak di luar kemampuan gue. yang di luar kemampuan gue justru manajemen waktunya. hah. serba salah banget, ya nggak sih? mencoba optimal di studio dan mikirin segudang rencana untuk nyelesein tugas di rumah. berangkat rapat sore-sore, sampe rumah jam 8 malem (jika beruntung) terus makan, mandi, ngegelar tugas yang mau dikerjain. eh nggak lama nyerah sama panggilan tempat tidur. sekalinya pulang maghrib, misalnya, sisa capek dari hari kemaren-kemarennya malah masih nyisa jadi ya jam 9 udah pules dan terbangun jam 5 besoknya dengan panik karena no progress.

abis itu gue liat komen si temen gue itu. mental di atas fisik. mental di atas fisik. mental di atas fisik.

ya, mental di atas fisik. ini semua cuma masalah kemauan. masalah sugesti. kalo rencana banyak tapi otak sugestinya nggak bisa ya nggak bisa. se possible apapun rencana itu.

ayooooooooooooooooo!

dan walaupun gue sudah ngeskip entah berapa minggu, masih pengen ngelanjutin :D

beberapa hari yang lalu topik ini pop up di kepala gue. sebagai cewek, gue adalah si pelaku dan si korban dari kegiatan tunggu-tungguan.

Kalo ada yang sadar dan memperhatikan, sebagian besar cewek, kalo pergi kemana-mana itu sukanya bergerombol. di kamar mandi bergerombol, di ruang dosen bergerombol, di kantin apalagi. yah minimal berdua deh. gue sendiri kalo ke kamar mandi kadang-kadang suka ngajak temen. iseng aja. temen gue juga suka minta temenin kemana-mana, sekalian jalan-jalan kalo menurut gue.

Tapi kadang-kadang gue juga suka keganggu sama masalah ajak-ajakan dan akhirnya tunggu-tungguan ini. misalnya gini, gue begadang ngerjain tugas nih, di kosan temen. besoknya, gue yang biasa berangkat dari rumah bakalan udah siap jam tujuh lewat, misalnya, sementara temen gue yang biasa ngekos akan lanjut tidur dan baru mulai mandi jam setengah delapan. kejadian itu, bikin gue super panik karena gue nggak suka terlambat masuk ke kelas kecuali karena macet atau kelasnya emang nyantai. Pas lagi di kondisi itu rasanya mau ninggalin salah, mau nungguin malah jadi kesel sendiri soalnya kok kayak orang yang ditungguinnya lelet banget --"

tapi bener loh, tunggu-tungguan ini sebenernya bikin masalah. pernah telat masuk kelas cuma karena nungguin temen yang mau masuk bareng? atau telat ngumpulin tugas karena temen ada yang belom selesai dan maunya ngumpulin bareng? menurut gue itu mah namanya bukan solidaritas apalagi setia kawan tapi egois dan nyusahin diri sendiri.

post ini sebenernya agak-agak curcol karena entah kenapa, meskipun gue cewek juga, dan kalo ke kamar mandi minimal berdua, gue sangat-sangat nggak suka kalo harus ngerugiin orang lain atau bikin rugi diri sendiri karena sesuatu yang sebenernya personal.

kita yang buat ya kita yang dapet. cukup fair, kan?

these two weeks are chaotic. maybe that's the main reason why I keep on skipping the challenge. it's actually on my head, but I just can't write it.

I used to turn off my 5 o'clock alarm every morning but today I woke up before five, even my family haven't! and I can turn off the alarm and stay awake.

I was sleeping early which actually a big NO since I have a LOT of assignment (double it two if you think about something that suits a lot. my assignment are more than that)

I left my assignment undone which is one of my favorite mistake since I did it over and over again

roller-coaster mood

a triple roller-coaster mood

I skip important things (and I meant it, though I can say what it is)

I feel tired almost everyday

I have an unaccomplished feeling

I was talking too much

I was being sooo childish

And I think I'm starting to look like people I used to avoid or even to hate.

And I really want my normal life to come back (if there's anything close to normal for an architecture student)

and yes, I count this as a post for the challenge :)

kemarin gue dan beberapa temen mengeluh soal hecticnya tugas kuliah. baru banget ada tugas design report yang HARUS dikerjain weekend (yang nggak gue kerjain dengan optimal dengan alasan kecapekan) eh hari ini nih, liburan, udah ada tugas dengan deadline besok jam 11. gak tanggung-tanggung bahkan outputnya selain gambar ada model segala.

agak-agak rrrrr

we actually shared the same things in mind : "Was I wrong, choosing this path?"

Selain jadi mahasiswa arsitektur (yang subhanallaaaaaah kuliahnya nggak berenti tugasnya bikin nggak bisa tidur dan berat badan turun dan mood fluktuatif dan kepala pusing karena kurang tidur dan kebiasaan tidur jam 1 pagi atau lebih) kami bertiga juga ikutan organisasi dan entah kenapa akhir-akhir ini semuanya jadi serba hectic. losing our social life is actually an impact of being an architecture student. yang jelas losing our academic life is definitely not a choice. we have fought for this maybe for a whole year back then in high school, we are not lose to a time deficiency!

but it is easier to talk than to do. that's absolutely true! kemaren itu kita ngomong, pengen banget jadi orang yang nggak ngeluh kalo nggak dikasih tugas, pengen banget jadi orang yang nyantai tapi semua selesai. semua hal dibawa seneng dan semuanya... kenyataannya tugasnya dateng bertubi-tubi dan bikin lupa sama semua hal itu. dan pertanyaan yang gue bold di atas pun muncul.

was I wrong?

untuk masuk di organisasi adalah pilihan kami masing-masing sejak awal. Okelah mungkin awalnya ada perasaan semacem yaudahlah gapapa gue ikut aja kasian kalo nggak ada orangnya. tapi ya begitu, gue liat sendiri temen gue yang akhirnya memutuskan untuk nggak ikut apa-apa sama sekali. waktu itu pertimbangan gue adalah, gue nggak mau diem aja selama gue kuliah. gue nggak mau cuma kenal sama orang-orang jurusan (walopun gue bukan orang yang bisa dengan cepat beradaptasi dengan orang lain, bahkan untuk kenalan pun gue males--"). dan akhirnya inilah yang gue ambil.

pilihan-pilihan yang gue dan temen-temen gue buat sendiri itu punya konsekuensi yang pada awalnya mungkin nggak kami sadari tapi akhirnya sekarang ini kami alami sendiri. dan lagu Justin Bieber feat. Jaden Smith jadi kayak terngiang-ngiang di kepala gue

And there's just no turning back,
When your hearts under attack,
Gonna give everything I have,

nggak ada yang melebihi batas kemampuan kita kok, mudah-mudahan semuanya diridhoi :D

this is the 14th while I supposed to do the 18th. I'm not giving up! la la la la

writing is... a bliss

I write ever since I was on my elementary. I love to write fiction, at the very first time, until now, actually. But I don't enjoy it anymore.

I prefer to write what's really happening, therefore I write on my diaries. Started when I was on my high school. I was moved to Bandung and that's one of the biggest leap I have ever take. At the first time, it was so horrible. I feel so alone and everything you can imagine for a 15 y.o girl who suddenly live without parents in her high-school age. It becomes a habit for the next three years. I quit writing diary regularly not so long ago, due to the lack of free time and the lack of money to buy another. I have more than 7 diary now, and it is always fun to read it again :)

When I was on my holiday before I got into the university, I made this blog. Here, I could write almost everything though I try not to spoil about my private feeling too much (but how much is too much, hey, I feel like sometimes I shared too much here). I can share about my favorite book, things, songs, and movies. one thing I can't do when I only write them on my diary. Until now, I write on this blog, even though I don't write regularly (as I wish I do since I accepted the challenge).

I write whenever I feel like it. I once said to my friend that I have to write things somewhere or I would blabbering about everything I found interesting (things like new gossip, new candy-eye, new movie I would like to watch, new playlist... things that actually not that worth it but fun :D). most of the time, I write whenever I feel like I can't share the burden to everyone. I always feel relieve after I write, even though that was just a random doodling on my logbook or notes (the one I often do recently). one thing I hate the most is when somebody take a peek on mine and saying unrelated things about that.

I write to soothe my troubling headache. sometimes I think about things too much I feel like I can't handle but it's actually me sweating the small stuff. I often do that kind of things anyway. I write to capture the moment since I'm not used to any kind of digital camera except the one on my cellphone (since it attached to it) I guess that's the reason why I can remember things clearly. sometimes part of it like the situation around when things happened, even the exact words and the last one happened often when I still wrote on my diary, I love to use the exact words of my friends, that brings me to the time when everything happened whenever I read it back :)

too much to handle is the only thing that I could say about me right now. It is too much to handle, too hard to keep up, too cute to be true, too busy even to take a deep breath.

and I really need something to soothe this wrecked headache. and again, this is not the part of the challenge. I will make things up later, I just need to share the randomness.

face it, be brave.

two post in a day. quite used to it now. anyway, this is the thirteenth! I should have passed this, right? I will count it later then.

being emotionally involved with some fictional character is definitely my habit. I learn that I fall too easy and in most cases, to deep, to fictional characters. I don't feel that way in the real world, but anyway, we are talking about some kind of perfect. author wrote for us so they have to create such an interesting characters. and it is not even their fault that I feel like emotionally involved with some of them.

Nikratama Zakrie from Pesan Dari Bintang (Sitta Karina's) is definitely my favorite. also Alex Rider, Hermione Granger, Leo (from dan Hujan pun Berhenti by Farida Susanty), Ron, Fred, and George Weasley, Abel (from Sitta Karina's Magical Seira), Sophie and Josh Newman (from Nicholas Flamel's series) and Fang from Maximum Ride.

I've been blabbering too much recently, I do aware about that. Also my last post wasn't such a good writing (I plan to write it all over again <-- note that : PLAN TO, i don't know how or when) but I was watching Superman : Returns when I finally decided to write this one.

A friend of mine, this girl, is a big fan of Superman. I wasn't a regular movie audience so I don't really know about this guy. all I know is that he's in love with Lois Lane and he really is a super man. Tom Welling is definitely a hottie and that I just don't get the point of his costume. geez.

I never watched Superman Returns before. I hate Lex Luthor from the very first time I saw him (means the beginning of the movie <-- funny how the first-impression-thing works huh?) and I'm not enjoying watch the earlier series of the movie. So today, I was randomly switch the channel and it was on TV. and you know what? It seems like I need that kind of guy right now. A super man who can literally fly me to the top of the highest building and even touch the sea.

Superman is definitely my current fictional-character-crush :D

kadang-kadang gue suka merasa seperti ini : an indescribable feeling. things I just can't explain, seperti misalnya; an urge to write. perasaan seperti itu suka tiba-tiba aja gitu muncul. mungkin karena gue nggak mau bilang galau makanya bilangnya an indescribable feeling.

hmm, tapi nggak juga sih.

anyone?

oh men! I'm having a presentation (a crit, name it!) in less than three hours!

hari ke 11 bohongan. okeee I've been so busy back then, andaikan anda semua masuk studio gue. hahaha. ya begitulah, so this is the 11th day!

lari dari kenyataan adalah term yang gue dan beberapa temen gue gunakan untuk menyebut salah satu di antara kami kalo ngeskip studio lalu seharian nggak bisa dihubungi. biasanya hal ini terjadi setelah satu hari penuh kegalauan tidak produktif, atau bisa juga tanpa ada kabarnya lebih dulu. yang paling ngeselin dari orang yang lari dari kenyataan adalah, kadang, di saat itu dia sedang sangat sangat dibutuhkan. bisa dibilang dia ngeduluin mood daripada kebutuhan orang-orang di sekitarnya. tidak sejalan dengan pelajaran ppkn waktu SD bukan?

yah, maksud gue nulis tentang hal ini adalah, kadang-kadang kita punya tanggung jawab besar. kita dipercaya sama orang-orang di sekitar kita sebagai orang yang capable. tapi saat itu juga kita merasa bahwa kita nggak se-capable itu, misalnya. kita ngerasa kalau entah kenapa tekanan yang dirasain itu menekan terlalu kuat sampai kita sendiri bingung apa itu namanya. dan saat itu, rasanya satu-satunya yang pengen dilakuin adalah kabur ajalah. ngeskip studio, matiin hp atau apalah itu caranya, yang penting bisa bebas dari tanggung jawab itu selama satu hariii aja.

gue sendiri merasakan bahwa ide untuk 'lari dari kenyataan' ini sangat tempting. tapi entah kenapa, perasaan bersalahnya lebih bikin gue takut daripada ketenangan temporer itu.

dan ya, yang mau gue bilang adalah, hadapi aja.

hadapi aja, apapun itu konsekuensinya, apakah lo akan kekurangan waktu sosial lo bersama teman-teman, apakah tugas kuliah lo akan keteteran, apakah lo kemudian dinilai tidak secapable sebelumnya. hadapi aja. toh dunia berputar, and so does the life.

karena skenario yang paling indah pastilah yang kita jalani sekarang, bukan yang lain-lain (apalagi skenario sinetron Indonesia. puhhh-lease!)

two post in a day :D when the tension is up, it is easier to find the inspiration to write but unfortunately, I really have a lot to catch!

nggak tau sejak kapan tapi sampai sekarang gue masih bisa jawab dengan yakin kalo ada orang yang nanya apa mata pelajaran favorit waktu sekolah. gue akan jawab dengan semangat : Matematika!

menurut gue, ngerjain soal matematika sama serunya kayak ngerjain TTS di koran minggu atau ngisi sudoku. saat ketemu jawabannya, perasaannya puaaaaaaaas banget :D kayak pas lagi badmood dikasih conello atau lagi jalan pulang terus dengan randomnya ada kembang api. semacam itulah. semacam merasa cool sendiri. ini narsis, I know. tapi entah kenapa gue punya pikiran bahwa matematika itu logis, dan gue selalu ingin jadi orang yang logis, bukan yang emosional, walaupun gue perempuan yang katanya harusnya lebih emosional. Bisa matematika membuat gue mengidentikan diri gue dengan sosok yang rasional. walaupun itu salah, tapi gue punya perasaan senang tersendiri.

di luar perasaan yang masih ada sampai sekarang itu, entah kenapa gue ngerasanya kok kuliah gue sekarang sangat jauh dari hal itu, ya? kadang-kadang temen gue ada yang bilang, "kayaknya lo salah jurusan deh, Fit," dan itu bikin gue jadi mikir. apa iya, yaaa?

tapi sampai sekarang gue sih nggak sampe putus asa dan menyesal karena nggak milih jurusan matematika atau jurusan lain yang memungkinkan gue untuk belajar matematika sampai tingkat lanjut entah apa. dan mudah-mudahan nggak akan merasa begitu. karena apa yang ada di depan gue tentu saja skenario paling pas yang sudah diciptakan. kayak sinetron deh, kalo nggak tabrakan nggak saling suka, kan?

dan akhirnya setelah ngeskip berhari-hari *sampe kebalap temen pula this is the ninth day

ada satu hal yang gue nggak suka, mungkin satu hal sepele yang nggak penting kalo dibandingin sama hal-hal lainnya. mungkin hal yang seharusnya bisa gue toleransi tapi sampai saat ini gue gagal melakukan itu.

namanya disama-samain.

pernah disama-samain? gue pernah. sering malah. waktu masuk kuliah, gue ketemu lagi sama seorang temen SD gue yang waktu SD bahkan gue nggak pernah main bareng. dia kuliah di fakultas yang sama tapi jurusan beda. orangnya kocak dan sangat nyantai, itu yang bikin gue kayak bisa bebas nggak perlu jaim-jaiman kalo sama dia, walopun kita baru kenalan lagi. dan dibandingin sama suasana jurusan baru gue, gue lebih prefer untuk main sama dia di awal-awal kuliah itu. nah, kesini-sininya, gue udah ngerasa settled di jurusan, tapi tetep main sama dia. temen-temen main gue juga taulah si temen SD gue itu. dan ada aja yang suka ngomong "lo tuh mirip banget loh, Fit, sama dia!" padahal gue nggak merasa seperti itu.

ada lagi kejadian waktu gue kuliah kemaren-kemaren ini. gue itu orang yang paling males pake rok ke kampus karena ribet dan gue orangnya gampang kesandung. jadi kalo roknya kesempitan gue susah jalan, tapi kalo roknya kelebaran bisa keinjek. serba salah bukan. yah intinya akhirnya setelah sekian lama, karena iseng, akhirnya gue ngampus pake rok. dan tau apa komentar temen gue? "Eh! gue kirain lo si itu loh! cieee pake rok!"

seriously, gue paling paling super sangat nggak suka kalo disama-samain sama orang lain. sesepele apapun itu masalahnya. I love being myself, with everything that I am. kalo orang bilang gue cuek, terlalu heboh, cerewet, panik di saat nggak tepat dan semacamnya, that's what I am. Dan walaupun urusannya physical apperance (sebenernya terutama itu) gue tetep aja nggak suka. Gimana sih perasaan lo waktu dibilang mirip sama orang yang menurut lo sendiri sama sekali nggak mirip sama lo? Annoying!

Mungkin gue ngelebih-lebihin, tapi menurut gue emang nggak ada salahnya untuk melihat orang tanpa mengingat-ingat orang lain, karena seriously, menurut gue nyama-nyamain orang itu ujungnya adalah ngebanding-bandingin. and that's a lot worser.

Gue punya temen, satu departemen yang punya kakak di departemen lain. Gue sendiri ngeliat kakaknya (walopun nggak kenal) sebagai orang yang super cool karena he relly got something in his mind (dan mudah-mudahan orangnya nggak baca ini atau siapapun yang baca nggak kenal sama kakakny atau kalopun kenal mau berbaik hati untuk tidak ngomong kemana-mana). gue sendiri ngeliat temen gue itu sebagai orang yang sangat jauh berbeda dari kakaknya. cool juga, tapi apa yang dia punya itu beda dari kakaknya. ya know, siblings are not that similiar, they might share some things in common but they should have a lot of difference (since I have two brothers and a sister myself). gue tau apa itu nggak enaknya ketika lo dibandingin sama kakak lo bahkan dalam hal yang sepele, kayak :"kakak lo nggak bawa makanan yang lo bawa juga? dia beda ya, sama lo,"

sepele. dan mungkin temen gue itu, saking cueknya, nggak peduli sama hal itu. gue sendiri peduli. karena gue nggak mau gue nganggep semua orang sama dan akhirnya ngomong hal yang sama ke orang lain dengan anggapan orang lain itu juga akan sama nggak pedulinya.

again, we live in diversity :)

gue merasa menjadi pribadi yang sangat sangat berbeda setelah masuk kuliah. bukan masalah mood tentu saja, tapi masalah mudahnya gue ter-influence oleh orang yang ada di sekitar gue.

bukannya nyalahin sih, tapi setelah kuliah, gue mendengar lebih banyak lagi kata-kata kasar dari yang gue tau sebelumnya melalui teman-teman, tv, ataupun novel. dulu, waktu SMA, temen-temen gue yang cowok entah kenapa kalo ngomong sama kita yang perempuan itu sopan loh. mereka pake bahasa yang nggak sopan-sopan banget sih, tapi nggak kasar juga *gimana ya jelasinnya. hmm

nah, begitu kuliah, kosa katanya makin banyak aja di sekeliling gue. terucap atau tidak oleh temen-temen dekat gue, dan membuat gue jadi ikutan. padahal sejak dulu, entah kenapa gue merasa bahwa menggunakan kata kata kasar, yang walaupun sebenernya semua orang juga nyantai aja makenya, itu nggak sebaiknya terlalu banyak diucapkan, terutama sama cewek. Ada aja lah dulu temen gue yang kayaknya reflek aja gitu ngomong kata-kata kasar kalo diganggu. dan gue pernah mendengar temen gue yang cowok kayanya aneh aja ngeliat temen gue yang cewek itu karena terlalu sering ngomong kasar. buat gue sendiri, buat apa sih, kalo sebenernya kita bisa ngomong yang lebih baik? lagipula dulu inget banget pernah dikasitau sama bunda : berkatalah yang baik atau diam. ini kayanya semacam kata-kata mutiara gitulah. yang bener juga sih. berkata-kata kasar itu kan kebiasaan, akan kacau jadinya kalo kebiasaan itu misalnya kebawa saat kita nggak lagi dalam posisi bisa berkata-kata sebebas sekarang jaman kuliah sama temen-temen sendiri because there will definitely comes  a day like that.

tentu saja gue nggak nyalahin orang-orang di sekitar gue, karena balik lagi, ini kan pilihan gue sendiri, bukan salah siapa-siapa gue jadi terpengaruh begini.

dan sampai sekarang, karena anggapan gue soal berkata-kata kasar itu masih sama, jadi gue memulai dari diri gue sendiri. mengurangi. dan mudah-mudahan bisa menghilangkan. clean your mouth, clean the heart inside :D

hah. jadi agak-agak kecewa juga nih karena gak sempet nulis tiap hari tapi seriously, tugas-tugas banyaknya kayak orang kuliah 2 bulan *lebay. seminggu ini aja dari satu mata kuliah udah ada 4 bacaan dan jumat presentasi kedua. mata kuliah yang satu lagi udah ada 1 bacaan, 1 tugas diskusi, dan (keitungnya) dua tugas pribadi yang dikumpulin rabu depan. belom lagi workshop sejarah --" tapi itulah nasibnya dah (meskipun masih heran) fun-nya kuliah di ars. nilai gue yang kemaren sangat memacu gue untuk bisa paling nggak ngilangin malesnya hehehe. just pray so I don't lose the battle, will you?

dan berhubung ini sudah hari ke tujuh (oke, harusnya kayaknya ke sembilan. yaudah lah ya) jadi gue hmm, mau nulis apa yaa?

*serius gatau ini ga ada ide -_________-"

oh ya udah. quoting ini aja. favorite part from one of my favorite blogger (yang dia juga ambil dari bukunya Harun Yahya)

Menghadapi kesulitan tidak akan membuat mereka meninggalkan cita-cita mereka. Sebaliknya, karena tahu bahwa adanya kesulitan-kesulitan menjadikan pekerjaan mereka lebih prestisius di mata Allah, mereka memperoleh kesenangan dan semangat yang besar.

"Dan berdo'alah kepada-Nya dengan rasa takut dan harapan. Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik" - QS. al-A'raf: 56.

Ini yang jadi alasan mengapa dikatakan bahwa semangat dan gairah orang-orang beriman tidak pernah padam: rasa takut, dan pengharapan.

Ketakutan ini menyebabkan orang beriman tidak pernah yakin bahwa Allah ridho atas mereka, dan apakah mereka layak untuk mendapatkan surga Allah. Oleh karenanya mereka akan terus menerus berusaha. Rasa takut ini membuat mereka tidak lemah hati atau lalai, dan perasaan ini mendukung semangatnya.

Sedangkan pengharapan, kabar gembira dari Allah bahwa mereka yang beriman dan beramal sholeh mendapatkan surga, akan mendorong orang-orang beriman untuk selalu beramal sholeh, meningkatkan kualitas diri dan memperkuat komitmennya.

Mereka mengalami ketakutan dan harapan sekaligus; mereka bekerja keras, tetapi tidak pernah merasa usaha mereka cukup dan tidak pernah menganggap diri mereka sempurna.

"dan sampaikanlah berita kepada orang-orang mukmin, bahwa sesungguhnya mereka mendapat karunia yang besar dari Allah" - al-Ahzab : 47 

dan dengan seperti itulah insya Allah gue akan melangkah terus. maju maju majuuuu ke depan sampai ke garis finish. mudah-mudahan berakhirnya bahagia :D

“Laa yukallifullaahu nafsan illaa wus’ahaa”

tidaklah Allah Membebani seseorang, melainkan sesuai dengan kesanggupannya

ayat ini, selalu dan selalu jadi pegangan gue di saat tugas atau apapun kerjaan rasanya udah numpuk. kalo yang dateng rasanya lebih banyak, maka harusnya gue percaya bahwa gue sudah bisa menghandle semua itu dengan baik. seharusnya.

seringkali yang terjadi malah kerjaan semua keteteran, terutama karena the idea of procrastinating is much more tempting than to have a headache or backache in the morning for a result in hard working at night (while most of your friends may pending the task until the night before the deadline) also It's annoying to hear people around you says : "heh kok lo udah ngerjain sih? kok lo rajin banget sih?" karena kesannya makan temen banget, kita ngerjain duluan, sementara yang lain nyantai dan kalo ada cek progress, maka orang-orang lain yang nggak ngerjain itu bisa jadi malah ditanyain kenapa belom sementara yang lainnya udah.

padahal yang kayak gitu namanya bukan makan temen loh, seriously. it's always a choice to be on-schedule. a choice I don't want to choose before. but now I feel that I really have to change my mind.

Procrastination and Architecture School definitely not a good combination - archistudent.tumblr.com

balik lagi, ke ayat yang awal. bismillaaaaaaah :D



notes : dan yaaaa kalo ngeskip satu hari tantangannya nggak gagal kan nggak kaaaan? soalnya serius deh, bahkan hari pertama kuliah pulang jam sembilan dan hari ini ada presentasi plus pengumpulan report. dosennya berasa kita udah kuliah seminggu kali deh ini -________-" but after all, my all-brand-new-studio is super cooooool, walopun kita sharing sama anak interior 2010 tapi akhirnya kita dapet studio yang satu angkatan bisa satu ruangan nggak pake sekat :D dapet bonus kursi puter puter lagi (if you really know what I meaaan ;D). and this is my group for the project!

dua foto di atas ceritanya jago banget kita masih diskusi pas yang lain udah pulang :)

ini studionyaaaaa :D well, part of it actually. langit-langitnya terutama di bagian gue tinggi banget! sayangnya minim colokan

dan begitulah kenapa 30 hari menulis ini jadi ngeskip -________-"