I define my own happiness

January 11, 2014

Waktu itu pernah nonton Stand Up Comedy di TV, salah satu comic nya ngomentarin acara TV yang programnya itu ngebawa anak-anak orang kaya buat tinggal di desa dengan kehidupan yang beda 180 derajat dan biasanya diakhiri dengan nangis nangis di kamera.

Kata comic nya, padahal sebenernya si orang yang tinggal di desa itu biasa biasa aja loh, cuman orang yang datengnya pasti nangis kejer. Saya nggak suka, dan sangat menghindari acara-acara yang kayak gitu. More or less, setuju sama si comic itu. For me, it's as if there is no other way to live other than in a city. Orang yang di desa itu might be living just fine, lalu dateng orang entah dari mana yang menganggap they living a super hard life just because they both come from a different standard.

Buat sebagian orang, bahagia itu mungkin dengan backpacking ke tempat baru dan belajar hal-hal baru. Mungkin sesederhana pasang radio dan tiba-tiba lagu favorit kita diputar. Ada banyak hal untuk mendefinisikan bahagia, tapi mungkin nggak semua orang mau melihat standar bahagianya orang lain. Itu dia menurut saya yang bikin anak-anak kotanya nangis kejer dan ngerasa kasihan berlebihan sama orang yang tinggal di desa dan akhirnya orang yang nonton acara itu ikutan merasa kalau hidupnya si orang desa itu memang jauh di bawah standar.

But whose standard are we talking about right now?

What if their happiness is by sharing some food with other, by knowing that even though they have to work so hard only for dinner and breakfast, they can keep their family close. What if their happiness was not define by pretty shoes and smooth skin, what if they are content with their life at that time?

I've met some people that lead a harsher life than mine and that encounter got me thinking. How people could have sooo much problems in their life and still looks happy most of the time. Maybe that's because their happiness doesn't defined by their level of problems.

Dan mungkin mereka lebih banyak bersyukur daripada mencari-cari apa yang nggak ada. After all, the bad things in life are so few (if only I would want to see beyond things).


You Might Also Like

0 comments

Blog Archive