Managing Income

August 20, 2016

picture from here
Halah, serius amat judulnya.

Jadi kepikiran mau nulis ini karena baru-baru ini sempet ditanya sama beberapa temen soal gimana caranya saya nge-manage uang. Meskipun merasa nggak pernah me-manage income saya dengan sangat serius (bikin rencana bulanan atau target tabungan), saya jadi berpikir juga what have I done with my monthly income dan kenapa saya bisa nggak rungsing kalau menuju akhir bulan? Nah, tulisan saya ini adalah beberapa hal yang saya lakukan dan ada juga yang teman-teman saya lakukan untuk mengatur uang bulanan.

Nggak seperti beberapa orang yang saya kenal, saya nggak punya tabungan terpisah yang khusus untuk menabung. Pertama karena saya nggak kepikiran sampe kesana, kedua karena cara tersebut kayaknya nggak efektif buat saya yang nggak ngurus layanan M-Banking atau SMS Banking. Ini lebih banyak faktor males nya sih, tapi buat beberapa teman saya, cara ini cukup berhasil buat tetap bisa menyimpan sebagian gaijnya setiap bulan.

Saya merasa beruntung karena emang pada dasarnya saya anak rumahan yang alasan males belanja online-nya adalah karena males keluar untuk cari ATM untuk transfer. Faktor yang ini berperan besar buat saya nggak menghabiskan uang ke hal-hal yang tersier yang menggiurkan tiap kali browsing online shop. Godaan terbesar buat saya justru untuk beli buku lokal dan impor yang cover nya gemes-gemes di toko buku. Kalo ke mall, yang tadinya ngelewatin berapa lantai bisa nggak beli apa-apa, begitu ketemu toko buku, bisa picking up seenaknya dan langsung bayar pake ATM (biar berasa gak bayar). Tapi selain itu, saya cukup bisa mengontrol keinginan untuk belanja baju/lipstick/sepatu/notes unyu/pulpen warna warni dan lain-lainnya.

Jadi, yang pertama menurut saya; know your weakness. Cari tau barang apa yang paling bikin lemah dan mengalah untuk jalan ke kasir bawa-bawa kartu ATM. Be it a shoe, clothes, make up kit, tas, buku, even which shopping method is your weakness, online shopping atau (niat) window shopping di mall. Kalau memang serius dan commit untuk menabung, dengan tau kelemahan diri sendiri untuk masalah belanja barang tertentu, harusnya sih kita come up dengan counter-nya. Misalnya dengan nggak mengaktifkan M-Banking/SMS banking yang mempermudah kita untuk bayar barang-barang online shopping, atau misalnya minta bantuan teman untuk mengingatkan setiap kali jalan-jalan ke mall atau bazaar.

Yang kedua, know your compulsory expenses. Beberapa teman saya, setiap kali habis gajian, langsung menulis pos-pos mana saja yang harus mereka penuhi dan berapa pengeluarannya. Ada infaq bulanan (jangan lupa ya :)), bayar kos, beli pulsa, uang makan, uang ongkos, dan lain-lain. Buat saya sendiri, dengan tahu apa saja dan berapa yang harus dikeluarkan dalam satu bulan tertentu, langsung bisa jadi rem untuk diri sendiri tiap kali mikir tentang kebutuhan tersier saya. Misalnya, bulan lalu, teman saya menikah dan saya ikutan patungan dengan beberapa teman saya yang lain untuk beli hadiah. Berarti saya punya tambahan pengeluaran seharga sepatu yang tadinya pengen saya beli. Menurut hemat saya, which one is compulsory, itu yang jadi prioritas. Beli sepatu, selama yang lama masih bisa dipakai, masih bisa di bulan depan (misalnya).

Yang ketiga, limit your expenses. Saya punya teman yang ngejatahin Rp. 200.000,- per minggu untuk dirinya sendiri (di luar ongkos sehari-hari). Karena dia cukup strict sama dirinya sendiri, cara ini cukup berhasil. Saya sendiri, dengan pengeluaran harian yang tidak terduga, melakukan hal ini dengan cara bawa bekal ke kantor dan nebeng pulang sama adik saya supaya tidak perlu ongkos. Poin ketiga ini memang butuh komitmen dan tekad kuat (ha!). Jadi saya suka kasih reward ke diri sendiri: misalnya, saya sudah tiga hari berturut-turut bawa bekal dan pulang selalu bareng adik. Jadi uang yang tadinya buat ongkos dan makan bolehlah buat jajan donat JCo bareng anak-anak kantor. Tapi sebaliknya, harus tetap strict juga kalau seminggu udah beli makan siang terus dan nggak bisa nebeng pulang bareng adik.

Yang keempat, determine the amount you want to have in your saving account. Jaman saya kuliah dulu, bendahara himpunan punya istilah yang namanya dana abadi. Dana abadi ini kalau nggak salah adalah sejumlah dana yang harus tetap ada di kas dan nggak boleh dipakai kecuali terpaksa. Saya menerapkan cara ini (satu-satunya yang saya terapkan secara sadar sejak saya gajian sendiri) dan sejauh ini merupakan salah satu yang paling berhasil dan bikin saya bisa dua kali liburan setelah resign dua tahun belakangan.

Misalnya, setelah 3 bulan bekerja dengan gaji 3 juta rupiah, di bulan keempat, pas sebelum gajian, saya punya sisa uang 3 juta di rekening. Jadi saya menetapkan dana abadi saya jumlahnya harus 2 juta. Misalnya nanti saya gajian yang keempat, saya boleh pakai uangnya untuk apapun kecuali si 2 juta itu. Nanti, makin lama, si dana abadi ini bisa bertambah sendiri jumlahnya. Misalnya, setelah 8 bulan bekerja, saya bisa menghabiskan 2.500.000 dari gaji saya setiap bulan sehingga uang saya di rekening sebelum gajian ke-9 adalah 4.500.000, berarti saya bisa menaikkan dana abadi saya jadi 4 juta untuk bulan berikutnya.

Cara ini sih cukup berhasil buat saya, terutama dalam 6 bulan kemarin setelah pergi liburan dan harus bayar cicilan pesawat. Asal, ya itu tadi, jangan gampang menjustifikasi impulsive purchase.

Pada intinya, to manage the income, we need to commit. Bukan berarti dengan punya uang di akhir bulan saya nggak beli-beli barang lucu (atau paper clip gemas atau pulpen yang kayaknya butuh) dan jalan-jalan bareng teman-teman ke mall. Berhemat, really nggak sesedih pelit sama diri sendiri dan nggak ngebolehin saya beli sepatu Nike even if it's on sale atau makan di tempat unyu (misalnya). Intinya sih know yourself, limit yourself by your own standard, dan commit dengan apa yang sudah kita putuskan. Saya mungkin sedikit beruntung karena meskipun nggak punya kebiasaan menabung, saya juga nggak punya nature untuk buy whatever I see good impulsively.

Dan yang paling penting lainnya, uang itu bukan segalanya, people. I know nowadays there are remarks about money is not everything but everything needs money. Coba deh look deep on yourself, throw all the pessimistic thought, dan pikir lagi, nggak asyik banget hidup di define dari apa yang kita mampu beli dengan uang dan apa yang tidak. Dengan begitu, menurut saya sih, target menabungnya bisa banget tercapai.

Happy saving!

You Might Also Like

0 comments

Blog Archive