source |
note : after thinking for a while, I decided to continue with this. Here's my series about traveling Balijalan-jalan itu nagih.
Setelah Singapura, saya dan Dhila ngobrol macem-macem soal destinasi kami selanjutnya. Saya sih pengennya trip beberapa negara asia tenggara, atau kalo nggak bisa banget, minimal Vietnam (I have this weird and indescribable urge to go to Vietnam). Sampai menelusuri pulau Jawa sampai ke Baluran lewat jalur darat seperti yang dilakukan dua orang teman kami.
Sayangnya, sementara saya sudah resign dan siap jalan kapan aja, Dhila justru mulai ngantor dan kayanya sulit buat ambil cuti seminggu penuh (atau mungkin lebih). Jadinya rencana kami macem proyek digantungin klien, on hold.
Lalu tiba-tiba, temen saya yang lain nge-line, ngajak ke Bali. Katanya, ada temennya dari Hongkong yang mau dateng ke Bali, dan dia lagi cari temen untuk nemenin dia nemenin temennya di Bali (ha!).
Akibat impulsif (dengan diiming-imingi, 'murah deh Fit! Perginya November, kita nabung dulu ajaa.. gue juga nggak punya duit,') akhirnya saya mengiyakan. Karena, tidak seperti anak SMA pada umumnya, SMA saya nggak study tour ke Bali waktu kelas 2, saya belum pernah ke Bali. Kalo denger kata pantai pun malah mager, yang kepikiran di kepala adalah 'panas terik, gerah, keringetan, banyak orang, penuh, malesin, mendingan gue di rumah aja'. Bali sama sekali bukan destinasi yang ada di kepala saya saat sedang merencanakan perjalanan.
I decided to go to Bali with no expectation because Bali has never been on my travel plan. Mari cari ada apa di Bali dengan harga semurah mungkin! (Challenge accepted, macem Barney Stinson)
Sampai sekarang pun, kalo ditanya, "mau kemana pas di Bali?" saya sih nggak tau. Kemana-mana hatiku senang aja lah pokoknya.
Semoga sampai di Bali, I can see beyond pura and beaches.
See you in Bali!