HASHTAG NAIKCOMLINE : Teori Kaleng Kerupuk

August 15, 2014

Post pertama setelah 3 bulan (terus orangnya udah mau stop (sementara) jadi pengguna comline).

Kalo lagi nggak dijemput, saya naik kereta full trip sampe stasiun deket rumah. 9 atau 10 stasiun. Cukup lama, yaaa kalo keretanya lagi nggak ngebut 30 menitan mah ada lah. Dan berdasarkan pengalaman, kereta dari abis maghrib sampe jam 8-an masih mayan penuh tuh sama orang-orang kantoran. Saya biasanya naik kereta di gerbong wanita, untuk alasan kenyamanan. Yah, walopun desek-desekan minimal cewek semua.

Nah, kalo kereta lagi penuh gitu, biasanya nggak semua orang bisa dapet pegangan. Ya gimana mau pegangan kalo yang berdiri di bagian tengah sampe 4 lapis. Pasti akan ada orang-orang yang bisa berdiri di kereta dengan modal kegencet. Nggak selalu kejadian sih, tapi saya beberapa kali ngalamin pas kereta lagi penuh-penuhnya, gerak pun gak bisa. Diem aja gitu dengan posisi yang sama sampe pegel sampe stasiun tujuan.

Tapi, ada beberapa hal yang bikin penumpang bisa gerak walaupun kereta penuh. Yang pertama adalah tekad kuat untuk turun (yang bikin si penumpang harus menerobos, menyempil, dan mendorong untuk bisa mendekat ke pintu otomatis) dan yang kedua adalah percepatan (yang nilainya positif DAN negatif) kereta setelah berhenti di satu stasiun.

Kalo ada yang inget, jaman sekolah dulu pasti dijelasin pas pelajaran fisika kalo arah percepatan berlawanan dengan arah gaya yang dirasakan. Kebayang lah ya, kayak mobil ngebut di film-film gitu, kalo kenceng si supirnya akan nempel di jok mobil. Penjelasannya seperti ini :

Gambar diambil dari Kartun Fisika (The Cartoon Guide to Physics) oleh Larry Gonick dan Art Huffman (p. 9 - 10). Click on the picture to enlarge.
Jadi kebayang lah, semua orang yang berdiri di kereta, either yang pegangan, yang kejepit di antara yang pegangan, dan yang berkerumun di depan pintu, akan bergerak berlawanan arah dengan arah percepatan kereta (and why do I feel like explaining a physics theory in front of a class?). Diperparah lagi dengan banyaknya orang yang main HayDay/CandyCrush/Zuma, cek whatsapp, path, twitter, nelpon minta dijemput, dan lain sebagainya yang nggak fokus sama posisi berdirinya yang (istilahnya) nggak stabil di kereta. Orang-orang ini, sangat vulnerable saat kereta akan berhenti dan mulai bergerak. Bayangin aja puluhan orang yang nggak sedang berusaha mempertahankan posisinya gerak ke arah yang sama sekaligus. Ya pada jatoh. Ya pada jerit, hmm... gak jerit sih cuman langsung kedengeran suara-suara khas 'aduh', 'aw', 'astaghfirullah,' di kereta.

Di saat seperti inilah biasanya bagian kereta di daerah depan pintu mendadak sedikit lebih lega dan setelah masing-masing berdiri lagi, orang akan berebut untuk dapat posisi yang lebih enak dari sebelumnya (abis itu main HayDay/CandyCrush/Zuma, cek whatsapp, path, twitter, nelpon minta dijemput lagi).

Waktu itu saya bilang sama temen saya, people should be grateful for that instead of cursing it, blaming it to the locomotive engineer.

Pernah liat ibu atau siapapun masukin kerupuk/snack/emping ke dalam kaleng? Pas stoplesnya keliatan penuh, stoplesnya bakal digoyang-goyang biar si isi stoplesnya makin rapet dan mengisi ruang-ruang sisa di dalam stoples. It makes space for another kerupuk/snack/emping yang belum masuk ke dalam stoples. Acceleration in train works that way; penumpang bisa kegencet ke satu sisi dan memberi kesempatan buat yang mau turun di stasiun berikutnya untuk ambil posisi baru yang lebih dekat dengan pintu otomatis.

And there it goes, the Kaleng Kerupuk Theory (my friend agree with me by the way). Intinya sih, yaaa... yang nggak enak-nggak enak di kereta, diketawain aja. It's already hard to cope with the work-life, why make it worse by being cranky in the train, right?

See you on the next HASHTAG NAIKCOMLINE! 

You Might Also Like

2 comments

Blog Archive