this is (finally) another post under the tags : studio 101.
setiap satu semester, saya rutin pergi ke tempat digital printing minimal 4 kali. Dua kali saat UTS, dua kali saat UAS. Satu kali untuk print display, satu kali lagi untuk print design report. Kadang-kadang lebih dari 4 kali per semester kalau butuh print display untuk presentasi progress project UTS/UAS. Digital printing has been an important part of our life as an architecture student.
Di deket kampus ada banyak banget tempat digital print, sebut saja tempat A, tempat B, dan tempat C (yang setelah disamarkan namanya tetap sangat obvious). Selain tiga tempat ini, jelas masih ada tempat-tempat lainnya, tapi tiga tempat inilah yang paling sering dikunjungi, terutama sama anak-anak yang seangkatan sama saya.
Saking seringnya kami ke tempat digital print, kami jadi punya preferensi masing-masing dan tau kelebihan kekurangan tempat-tempat itu. Ada yang banyakan trainee-nya, ada yang lama kalo hari Jumat siang, ada yang suka salah, ada yang kasirnya centil, ada yang pegawainya ganti-ganti terus, ada yang pegawainya pindah kerja, sampai ada yang punya operator print favorit. Saya sempet punya, tapi terus si mbaknya pergi entah kemana, mungkin karena terlalu jago jadi dijadiin manajer, who knows. Yang jelas karena si mbaknya ini pergi akhirnya saya pindah ke tempat print lain.
There's a lot of story about this theme. More than you can imagine. Mungkin karena segerombolan anak-anak ars ini adalah orang-orang perfeksionis, seringkali hasil printnya kerasa kurang terang warnanya, ada yang ke print dobel, operatornya trainee jadi rasanya pinteran dan cepetan gue kalo ngerjain, atau justru operatornya terlalu oke sampe kalo balik ngeprint pengennya sama mas/mbak yang itu aja. Ada juga yang kertasnya nggak dipotong jadi pas disatuin malah nggak nyambung gambarnya, dan lain-lain. Sering banget, setelah internal/eksternal/pengumpulan design report, kita makan sambil ngobrol soal pengalaman ngeprint. Sounds petty, isn't it? But try to do it more often, then you'll see things beyond the ordinary :)
There's too much to tell for one event of printing display in a specific place. Nggak cuma kegiatan ngeprintnya, ngejelasin ke operatornya mau ngeprint ukuran apa (dan cari harga semurah mungkin dengan cara ngeprint bareng temen), atau milih-milih kertas yang lamanya bisa bikin kesel (trust me it really happens). Kadang-kadang tempat digital print ini malah jadi studio dadakan saking banyaknya anak ars yang mau ngeprint dan kepepet mesti lanjutin display di tempat. Ngemaket di lantai tempat ngeprint pake celana pendek dan sendal jepit dalam keadaan belum mandi itu sudah biasa. Ganti baju di tempat print dan dilanjutkan dengan dandan juga ada apalagi ikutan sholat di tempat ngeprint. Masih untung kalo yang bagian pengumpulan atau presentasi satu angkatan doang, kalo sampe ada dua atau lebih angkatan yang deadlinenya jatuh pada hari yang sama, tempat ngeprint ini jadi semacam studio multi angkatan yang ribut luar biasa.
We share joys of finishing the project, even though whining about how we haven't done our best is something that we often do in the midst of waiting for the display to be print. Kata-kata "Yaudahlah ya," atau "Lo bikin berapa lembar? Gawat gue nggak nyampe segitu!" adalah percakapan yang pasti terdengar di tempat digital printing. Kadang-kadang gue mikir, ini pegawainya ngerasa kita annoying, nggak ya? Udah berisik, bikin penuh, banyak mau pula (misalnya masuk-masuk ke dalem tempat operator karena ada halaman yang nggak ke print atau operatornya nggak ngerti apa yang kita omongin. true story). One of my friend said this (and I can not agree more to him) : "Tantangan terbesar operator digital print adalah ngeprint desrep sama portfolio anak ars,"
Untuk mbak-mbak dan mas-mas operator yang selama 4 tahunan ini setia jadi pegawai saat high season macem tempat wisata kalo lagi liburan, without you all, maybe we just have to set up our own company. Mungkin display akan jauh lebih seadanya dan desrep akan jauh lebih tipis tanpa tempat digital print. Buat mbak pinter, mbak yang sampe kenalan sama temen saya, mas yang jago ngeprint bolak balik tanpa kita harus banyak omong, untuk trainee yang kesel karena gerombolan mahasiswa ribut ini suka sok tau dan banyak mau, I think I rarely say thank you though you have been such a significant part in our life as an architecture student.
Thank you.
Am I making the architecture students sounds bad? I hope not. You know, there's something we just can't explain in words. Things people might think as petty and insignificant are something that will bother us as much as deadline. and we are not that great either. most importantly i do not meant any harm. thank you :)
setiap satu semester, saya rutin pergi ke tempat digital printing minimal 4 kali. Dua kali saat UTS, dua kali saat UAS. Satu kali untuk print display, satu kali lagi untuk print design report. Kadang-kadang lebih dari 4 kali per semester kalau butuh print display untuk presentasi progress project UTS/UAS. Digital printing has been an important part of our life as an architecture student.
Di deket kampus ada banyak banget tempat digital print, sebut saja tempat A, tempat B, dan tempat C (yang setelah disamarkan namanya tetap sangat obvious). Selain tiga tempat ini, jelas masih ada tempat-tempat lainnya, tapi tiga tempat inilah yang paling sering dikunjungi, terutama sama anak-anak yang seangkatan sama saya.
Saking seringnya kami ke tempat digital print, kami jadi punya preferensi masing-masing dan tau kelebihan kekurangan tempat-tempat itu. Ada yang banyakan trainee-nya, ada yang lama kalo hari Jumat siang, ada yang suka salah, ada yang kasirnya centil, ada yang pegawainya ganti-ganti terus, ada yang pegawainya pindah kerja, sampai ada yang punya operator print favorit. Saya sempet punya, tapi terus si mbaknya pergi entah kemana, mungkin karena terlalu jago jadi dijadiin manajer, who knows. Yang jelas karena si mbaknya ini pergi akhirnya saya pindah ke tempat print lain.
There's a lot of story about this theme. More than you can imagine. Mungkin karena segerombolan anak-anak ars ini adalah orang-orang perfeksionis, seringkali hasil printnya kerasa kurang terang warnanya, ada yang ke print dobel, operatornya trainee jadi rasanya pinteran dan cepetan gue kalo ngerjain, atau justru operatornya terlalu oke sampe kalo balik ngeprint pengennya sama mas/mbak yang itu aja. Ada juga yang kertasnya nggak dipotong jadi pas disatuin malah nggak nyambung gambarnya, dan lain-lain. Sering banget, setelah internal/eksternal/pengumpulan design report, kita makan sambil ngobrol soal pengalaman ngeprint. Sounds petty, isn't it? But try to do it more often, then you'll see things beyond the ordinary :)
There's too much to tell for one event of printing display in a specific place. Nggak cuma kegiatan ngeprintnya, ngejelasin ke operatornya mau ngeprint ukuran apa (dan cari harga semurah mungkin dengan cara ngeprint bareng temen), atau milih-milih kertas yang lamanya bisa bikin kesel (trust me it really happens). Kadang-kadang tempat digital print ini malah jadi studio dadakan saking banyaknya anak ars yang mau ngeprint dan kepepet mesti lanjutin display di tempat. Ngemaket di lantai tempat ngeprint pake celana pendek dan sendal jepit dalam keadaan belum mandi itu sudah biasa. Ganti baju di tempat print dan dilanjutkan dengan dandan juga ada apalagi ikutan sholat di tempat ngeprint. Masih untung kalo yang bagian pengumpulan atau presentasi satu angkatan doang, kalo sampe ada dua atau lebih angkatan yang deadlinenya jatuh pada hari yang sama, tempat ngeprint ini jadi semacam studio multi angkatan yang ribut luar biasa.
We share joys of finishing the project, even though whining about how we haven't done our best is something that we often do in the midst of waiting for the display to be print. Kata-kata "Yaudahlah ya," atau "Lo bikin berapa lembar? Gawat gue nggak nyampe segitu!" adalah percakapan yang pasti terdengar di tempat digital printing. Kadang-kadang gue mikir, ini pegawainya ngerasa kita annoying, nggak ya? Udah berisik, bikin penuh, banyak mau pula (misalnya masuk-masuk ke dalem tempat operator karena ada halaman yang nggak ke print atau operatornya nggak ngerti apa yang kita omongin. true story). One of my friend said this (and I can not agree more to him) : "Tantangan terbesar operator digital print adalah ngeprint desrep sama portfolio anak ars,"
Untuk mbak-mbak dan mas-mas operator yang selama 4 tahunan ini setia jadi pegawai saat high season macem tempat wisata kalo lagi liburan, without you all, maybe we just have to set up our own company. Mungkin display akan jauh lebih seadanya dan desrep akan jauh lebih tipis tanpa tempat digital print. Buat mbak pinter, mbak yang sampe kenalan sama temen saya, mas yang jago ngeprint bolak balik tanpa kita harus banyak omong, untuk trainee yang kesel karena gerombolan mahasiswa ribut ini suka sok tau dan banyak mau, I think I rarely say thank you though you have been such a significant part in our life as an architecture student.
Thank you.
Am I making the architecture students sounds bad? I hope not. You know, there's something we just can't explain in words. Things people might think as petty and insignificant are something that will bother us as much as deadline. and we are not that great either. most importantly i do not meant any harm. thank you :)
I’ve been wondering for two days now, what will I write for her birthday? But a day had already passed and I haven’t really congratulate her (not really sure whether my gift arrived safely either, and it’s kinda depressing)
Words fail me whenever I feel like I need them the most. And this is one of those moment. I’m pretty sure that what we have been through after all this 6 years are too precious that I’m afraid it will lose its charm when I put that into words. But it’ll never harmful to make a paragraph or two about how grateful I am to know her, to be friend with her, and to congratulate her for finally being 20.
She is my very first friend when I moved to the city 6 years ago. We went trough a lot of laughter (kejeblos di keranjang, main ke matraman, foto box, etc), tears, bad mood days (especially for me), gossips, countless chats, and diary pages.
A lot of things have happened ever since that first day. And now, she is turning 20.
So, for my best friend, my favorite mood-booster, my tomat-gula partner, the one who can just be there without a word and still make me comfortable, the one whose writing makes me cry a lot and smiling widely (those cheesy yet beautiful lines!)…
Happy 20! The years are going so fast, aren’t they? We will never know the end until it happens, so when you haven’t see the end yet, make everyday as if it was your last day. Quit being over thinking all the time, just make the most of it.
And do not think about those petty things (if you know what I really mean). I know it hurts, but it is only a state of mind. If you think that you are not then you are not, vice versa. Be grateful of what you are, of what you have been through, and not for what you don’t have. You are so much more than what you are now, and definitely those important things in front of you deserves you more than anything :)
Am I sound like some old people right now? I hope not
I can’t wish more than the best that He can give to you, I know it is the limit :)
once again, happy birthday :*
I don't know how did it start, who said it first, who is the one who make it ours.
anyway, when you feel like giving up, remember why you hold on for so long to be there in the first place
anyway, when you feel like giving up, remember why you hold on for so long to be there in the first place