Back to Journaling (1)

May 21, 2018


Sudah 5 setengah bulan sejak saya mencoba disiplin untuk menggunakan bullet journal (ala Fitri yang pada dasarnya cuma to-do list harian). Dan karena bukunya udah mau abis juga, jadi sekalian lah saya mau cerita soal pengalaman saya kembali punya jurnal.

As I have said countless times, saya dulu adalah an avid diary writer. Selama 3 tahun SMA diary saya sampe ada 10+ yang ditulisnya beneran tiap hari dan runut kejadiannya dari pagi sampe siang (kok sempet? ya karena kalo ngantuk di kelas nyicil nulisnya). I stopped when I was at the uni and actually demolishing that legit proof of my high school days several years ago. After that, I told myself, I'm not gonna have a journal anymore.

Tapi dari dulu juga sebetulnya emang penasaran sama bullet journal dan pengen banget bisa disiplin buat pake planner (ya biar keliatan legit banyak kerjaan gitu) yang selalu tertunda karena saya tau banget ini planner nggak bakalan kayak planner atau bullet journal yang bertebaran di IG/pinterest karena pada dasarnya saya anaknya mager, kerjaannya ya itu itu aja yang di kantor, dan emang dari dulu juga nggak pernah ngerencanain sesuatu yang jauh banget masih di depan. I know the most convenient system for myself is a daily to do list, and it's proven.

Tapi tetep keinginan punya bullet journal begitu besar, jadilah saya impulsif beli notes buat bikin meal planner dan akhirnya jadilah saya menulis di journal lagi (akhirnya nyerah sama bullet journal dan jadinya jurnal suka-suka aja).

Di post yang ini, saya mau cerita soal jurnal yang bisa saya gunakan dengan cukup efektif. Untuk aslinya bisa ditonton di sini, tapi sebetulnya bullet journal ini bisa kita customize sesuai dengan kebutuhan. Di format aslinya namanya adalah collection, tempat kita nulis buku-buku apa yang sudah atau mau kita baca, film apa yang mau kita baca, wishlist sepanjang tahun, and basically everything. Bisa juga kita tambahin habit tracker, sleep tracker, mood tracker, water-intake tracker, anything you want to track and anything convenient to add, just dump it to the book.

The index page I finally abandon
Awalnya saya pesimis saya bisa konsisten, tapi ternyata buat saya, kunci untuk bisa konsisten adalah dengan dismissing my idea of perfection. Klise, tapi sederhana, karena jurnal sempurna yang ada di bayangan saya adalah yang layoutnya konsisten, nggak acak-acakan (as in, nulis catetan kerjaan di halaman 30 terus nyatet topik yang sama di halaman 100), kelihatan penuh, garisnya nggak hasil bikin pake penggaris tapi tetep lurus (gimana?) tapi kelihatan well used while in the same time, in a good condition.

Kecil-kecil dan nyusahin sih lebih tepatnya.

Tapi ya gitu, setelah saya berusaha cuek dengan perfect journal yang ada di kepala saya, saya jadi bisa menggunakan jurnal itu dengan lebih efektif dan sesuai fungsinya. Ya buat nyatet. Nyatet kegiatan, nyatet jadwal, nyatet makan apa aja saya selama seminggu, nyatet kapan terakhir saya sapu-pel rumah atau minum air hangat+madu, sampai nyatet hasil meeting (yang nantinya akan dipindahin ke bentuk digital), bahkan kemarin ini nyatet lirik lagu (ala-ala anak SMP jaman saya banget emang).

Beberapa layout yang saya pake udah saya fotoin, tapi yang paaaaling bertahan itu yang weekly. Bentuknya beda-beda sih. Yang Januari itu, pas februari saya pake lagi cuma gapake cat air karena ribet bro. Kalo belakangan ini, saya ngegaris-garisinnya langsung pake brush pen nya snowman warna abu-abu, supaya langsung tebel garisnya dan gak ghosting/bleeding di halaman baliknya (saya punya 3 brush pen snowman, yang lainnya warna pink-ish dan hitam, kalo yang ini ghosting dan bleeding, jadi mungkin beda-beda dan tergantung kertasnya juga ya).

cover page yang lumayan niat

my layout in january in which I actually use a watercolor (masih rajin). atas : waktu mayan penuh (I erased my journal entry under the blue line) bawah : waktu sakit (abort all plan, leave everything)
kiri : a monthly view I just CAN'T USE and I abandon after february (not doing it in the previous month though) kanan : monthly tracker I also abandon (and incorporated it in my weekly view)
Di salah satu video tentang bullet journal yang pernah saya tonton (dan mungkin juga dari salah satu artikel bullet journal yang pernah saya baca), katanya bullet journal ini fleksibel, and we can just change it next month (or even next week) if a layout doesn't work for me. Saya setuju sih, jurnal saya jadi jauh lebih efektif waktu saya ganti hal-hal apa aja yang mau saya track, ngilangin budget tracking (yang pindah ke laptop terus udah 3 bulan terakhir ini terbengkalai (maapin pak)), dan berusaha ikhlas waktu saya mesti nyatet dua topik berbeda di satu spread yang sama (yha, masalah saya nggak jauh-jauh dari yang gini sih).

So if you are thinking of trying out journaling, just do, you can always customize. And if it's not your style, never feel like something is wrong, just try something else. Cheers!

You Might Also Like

0 comments

Blog Archive