GOING SINGAPORE #1 : GOING SINGAPORE

May 24, 2014

source : here
notes :
hey, I'll work on my HASHTAG NAIKCOMLINE but before that, here's new episodes I've been working on :)
notes (2) :
This is pure rambling
Setelah sejak lahir rekor jalan-jalan terjauh cuma sampai Jogja, akhirnya anak mager ini (tahun lalu) bikin rencana jalan-jalan juga. Niatnya adalah reward setelah bertahan setahun di kantor, hadiah ulang tahun ke 2X dan (ceritanya) latihan keluar dari comfort zone setelah meraas kemagerannya sudah keterlaluan.

Jadilah bulan Februari kemarin saya bikin paspor dan beli backpack. Kalo itinerary sih, karena kebetulan ini anaknya semangat kalo masalah planning-planning (kalo pelaksanaan beda urusan) udah dibuat lengkap dari bulan Januari. Tapi rupanya semua itu nggak cukup untuk meyakinkan diri bahwa saya memang harus (mulai ber) pergi (an). Otak saya yang terbiasa mager mulai bertanya-tanya :
Do you really need to go? Gimana kalo uangnya habis di tengah jalan? Gimana kalo ditipu sama penduduk lokal? Gimana kalo ketinggalan pesawat? Gimana kalo nyasar? Dan lain-lain.
Pada akhirnya, jawaban dari 'do you really need to go?' itu sebenernya relatif untuk semua orang. Buat saya, saat itu, alasan paling mudah adalah karena saya sudah ngantri sampai jam 1 siang (dengan badan demam dan flu plus AC imigrasi yang kelewatan dinginnya) demi bikin paspor. Plus ranselnya udah kebeli. Nah kalo nggak pergi itu ransel mau dipake ngapain? Sekolah?

Saya pun memutuskan bahwa apapun yang terjadi, saya HARUS pergi. Tapi karena rencana pergi saya itu baru sekitar akhir tahun, saya masih harus menunggu kira-kira setengah tahun lagi. Dan dalam setengah tahun saya nggak tau excuses macam apa yang bisa saya bikin (unconsciously) demi membatalkan rencana bepergian ini. Jadilah saya pikir kayanya lebih enak kalau rencana trip akhir tahun itu dibagi jadi beberapa bagian yang dimulai dengan pergi ke Singapura.

Pertama-tama, sebelum pergi, saya harus punya teman pergi dulu. Setelah mikir ini itu (dan temen saya yang awalnya fix pergi ternyata gabisa cuti karena masih probation) akhirnya saya telepon Dhila, salah satu teman main saya dari jaman kuliah.

fitri dan dhila (sengaja foto wisuda :3)
Beda dengan saya, Dhila sudah punya paspor dari tahun 2011, jadilah saya punya alasan andalan saya buat bujuk Dhila.
Fitri : masa sampe paspor lo expired belom ada capnya? Ayolah Dhil, kita gembel aja. 2,5 juta 4 hari 3 malem,
Dhila : Singapur udah jadi kota termahal Fit sekarang. Ngalahin Tokyo,
Fitri : jadi lo mau nunggu sampe Singapur semahal apa lagi?
Percobaan pertama, Dhila masih belum mutusin untuk pergi, sementara tiket promo yang sudah saya incar mendadak hilang dari internet. Jadilah saya memutuskan untuk, apapun yang terjadi yaudah gue pergi aja sendiri.

Perlu diketahui, saya adalah anak mager banyak wacana (AND I'M NOT PROUD AT ALL). Kalo masih rencana, saya akan sangat bersemangat, tapi begitu mendekat ke hari-H, otak saya otomatis membuat sejumlah alasan yang bisa saya pakai biar nggak usah pergi. Jadinya, begitu awal bulan April Dhila telepon dan mendadak semangat untuk pergi, semangat saya justru udah lumayan luntur (walaupun belum sampai tahap pengen ngejual ransel). Terutama karena tiket promonya udah abis. Mager-mager pengen gitulah kira-kira. Kali ini giliran saya yang ngegantungin.

Lalu suatu hari, pergilah saya ke toko buku dan beli sebuah buku traveling. Bisa dibilang, setelah baca buku ini, terutama kisah salah seorang penulisnya tentang Singapura, saya jadi semangat lagi. Mikirnya, kalo sekarang aja gue nggak pergi, nggak ada yang bisa jamin akhir tahun nanti gue bakal jadi pergi. Dan kalo nggak jadi pergi, itu paspor sama tas nya jadi mubazir dong. Yaudah, mulailah saya dan Dhila cari-cari tiket lagi.

Personally, for me, this is a verrrry new experience. Untuk anak yang ke Kebun Raya Bogor buat main aja males, going singapore is not a small deal. I don't know if there are people who will relate to me in this part. But for me, one thing that I hate the most about going is leaving. There are things I leave behind even when I only travel a small distance. There's this weird attachment I can't explain and I think I need to break that somehow.

Aside from the passport and the backpack, of course this is something to look forward to in the midst of hectic and overworked days. And as Ibn Battuta said,

source : here
And as I love to write to tell stories, this traveler beginner shall find some more stories to tell.

See you in #2!

You Might Also Like

0 comments

Blog Archive