GOING BALI #3 : Surabaya + The last part of Train Travel + Crossing the strait
January 14, 2015Hari Jum'at, saya dan Fadilah bangun di Surabaya, agak kaget juga liat langitnya sudah cukup terang padahal masih pagi banget. Hari ini kami rencana untuk jalan-jalan di Surabaya sambil menunggu jadwal kereta ke Banyuwangi di siang hari.
Kemana aja di Surabaya? Pertama-tama, kami mampir ke toko sambel Bu Rudi lalu berencana untuk ke toko eskrim di jalan Pemuda. Sayangnya, tokonya masih tutup, jadi kami akhirnya diajak makan sate kelapa. Setelah kenyang, kami lalu nyebrang Suramadu; belum ke Surabaya soalnya kalau belum ke Suramadu. Tapi karena sudah cukup mepet sama waktu kami berangkat, akhirnya beneran cuma nyebrang Suramadu aja naik mobil terus balik lagi ke Surabaya. Lumayan, lah, ya, minimal pernah lewat Suramadu ;).
Menuju Suramadu! |
JENGJENGGG keretanya telat.
Akhirnya kami muter-muter di sekitar stasiun sebentar sambil gendong-gendong tas.
muter-muter di sekitar stasiun |
Stasiun Gubeng, Surabaya |
Catatan untuk diri sendiri, lain kali kalau naik kereta lagi pilih yang perjalanannya malam hari aja biar bisa tidur. Kalo yang pergi pagi/siang mah mati gaya banget. Mau tidur rasanya nanggung, mau liat pemandangan lama-lama bosen juga.
Yah, kira-kira jam 9 malam, kami sampai juga di Banyuwangi.
The train travel has ended today! Tapi tentu saja masih ada sekitar 5-6 jam perjalanan lagi menuju ke Denpasar.
Begitu keluar stasiun di Banyuwangi, sebetulnya saya dan Fadilah nggak tau banget harus kemana. Nunggu di stasiun pastinya sepi, ke pelabuhan pun nggak tau jalan, sementara kami rencana untuk nyebrang sekitar tengah malam supaya bisa sampai di Denpasar pagi-pagi. Akhirnya kami pede aja mengabaikan tukang becak dan ngikutin dua orang dengan carrier, berharap mereka mau jalan ke pelabuhan.
Untungnya, dua orang yang kami ikutin memang mau ke arah pelabuhan, jadi kami nggak nyasar. Lagipula, sebetulnya jarak antara pelabuhan dan stasiun tidak jauh. Cukup jalan keluar dari stasiun, lalu belok kanan, nanti akan ada pintu masuk ke pelabuhan. Karena belum tengah malam, saya dan Fadilah akhirnya mampir di masjid yang ada di seberang pelabuhan untuk solat dan makan bekal yang nggak kami makan di perjalanan akibat kenyang habis makan sate kelapa di Surabaya.
Kami jalan ke pelabuhan lagi sekitar tengah malam. Nggak langsung masuk, di depan jalan masuk pelabuhan, kami duduk di trotoar dan menunggu bis menuju Denpasar yang akan lewat. Tadinya mau pake jurus ngikutin orang lagi, tapi ketemunya malah rombongan orang yang mau ke Lombok. Untungnya nggak lama kemudian ketemu mbak-mbak yang juga mau ke Denpasar.
Pelabuhan Ketapang |
Nunggu bis untuk ke Denpasar seperti ini sebetulnya agak-agak nggak pasti, meskipun kayanya sih pasti dapet bis. Kalau mau yang terjamin, di website KAI ada pilihan kereta Surabaya - Denpasar. Nah, kalau pilih yang itu kita akan diangkut bis damri dari Stasiun di Banyuwangi. Lengkapnya bisa dibaca di sini.
Setelah cukup lama menunggu, akhirnya bus ke Denpsar datang juga. Saya dan Fadilah segera naik. Di sini kami dikenakan biaya Rp. 50.000,-. Nah, begitu bus naik ke feri, kita bisa ninggalin tas dan naik ke kapal. Tadinya was-was juga, sih, ninggalin tas, tapi males juga nungguin di dalem bus. Akhirnya saya dan Fadilah keluar dari bus. Barang-barang berharga seperti dompet, handphone, kartu identitas dan sebagainya sebaiknya sudah dimasukkan ke daypack sejak awal perjalanan. Jadi nggak repoot unpacking lagi kalau lagi nyebrang selat.
Nyebrang selat Bali tidak memakan waktu lama. Saya dan Fadilah balik lagi ke bus begitu kelihatannya kapal sudah akan menepi di pelabuhan Gilimanuk. Setelah feri menepi dan bus keluar, penumpang bus harus turun lagi dari bus untuk pengecekan KTP di pintu keluar pelabuhan. Setelah itu, kita bisa naik lagi ke bus dan melanjutkan perjalanan ke Denpasar.
Akhirnya, setelah berangkat dari Jakarta di hari Rabu, hari Sabtu pagi kami menginjakkan kaki di Pulau Bali :) (baru pulau bali, loh, belum Denpasar).
ARRIVED!!!! |
0 comments