Rumah adalah tempat pulang, sejauh dan selelah apapun
Rumah adalah portal untuk memeriksa kerja dan menata ulang rencana
Sebelum pagi menarik raga pergi
Rumah adalah ruang belajar yang tidak ada habisnya
Tempat mengenal. Memahami. Lalu memberi.
Rumah adalah suka yang punya makna, dan duka yang menemukan jawabnya
Area pertama yang seharusnya dibuat paling berbahagia [x]
Jangan tanya, saya nggak ngerti. dan jangan diketawain juga karena saya nggak ngerti. setiap orang menulis dengan alasan dan maksud masing-masing, kan? Nah, saya masukin tulisan ini karena maksud saya sendiri. Mungkin beda sama yang nulisnya. Jadi jangan tanya, artikan sendiri saja.
Rumah adalah suka yang punya makna, dan duka yang menemukan jawabnya
Rumah adalah portal untuk memeriksa kerja dan menata ulang rencana
Sebelum pagi menarik raga pergi
Rumah adalah ruang belajar yang tidak ada habisnya
Tempat mengenal. Memahami. Lalu memberi.
Rumah adalah suka yang punya makna, dan duka yang menemukan jawabnya
Area pertama yang seharusnya dibuat paling berbahagia [x]
Jangan tanya, saya nggak ngerti. dan jangan diketawain juga karena saya nggak ngerti. setiap orang menulis dengan alasan dan maksud masing-masing, kan? Nah, saya masukin tulisan ini karena maksud saya sendiri. Mungkin beda sama yang nulisnya. Jadi jangan tanya, artikan sendiri saja.
Rumah adalah suka yang punya makna, dan duka yang menemukan jawabnya
today is my best friend's birthday. She is turning 21 today, and she is a friend I didn't get to meet even twice in a year
but anyway, today is her birthday and I'm having difficulties deciding what should I say to her today through this post. I think of making her a card or a simple present, maybe later...
today is the day when she was born 21 years ago. Now, she has become a friend, an older sister, an older brother, the clumsiest person, a person to look up to, an inspiring person, an aspiring writer, a fighter, an adventurer, a doctor-to-be, a person to talk to, a sleepover host, and a friend of an architect to be.
Happy 21 fulki! May you live a marvelous, wondrous, blissful, blessed, and sparkling life. And for the rest of your age may you become the best of you are.
for the sake of us, I didn't include our photos together. we shall have better ones.
"when you feel like giving up, remember why you hold on for so long to be there in the first place"
but anyway, today is her birthday and I'm having difficulties deciding what should I say to her today through this post. I think of making her a card or a simple present, maybe later...
today is the day when she was born 21 years ago. Now, she has become a friend, an older sister, an older brother, the clumsiest person, a person to look up to, an inspiring person, an aspiring writer, a fighter, an adventurer, a doctor-to-be, a person to talk to, a sleepover host, and a friend of an architect to be.
Happy 21 fulki! May you live a marvelous, wondrous, blissful, blessed, and sparkling life. And for the rest of your age may you become the best of you are.
for the sake of us, I didn't include our photos together. we shall have better ones.
"when you feel like giving up, remember why you hold on for so long to be there in the first place"
saya nggak tau harus merasa beruntung atau nggak karena nggak pernah mengalami yang namanya MOS disuruh bawa barang aneh-aneh.
Dulu, jaman SMP, waktu saya pulang sekolah, saya ngeliat serombongan anak baru dengan segala macam atribut (pita rambut, kaus kaki, tas karung) di depan sekolah mereka. Kebetulan, pas angkatan saya, di SMP nggak ada acara MOS begitu. Saya lupa, sih, MOS nya kayak apa, yang jelas kami nggak disuruh pake atribut macem-macem atau menebak-nebak apa barang yang harus saya bawa ke sekolah karena di suruh kakak kelas.
Waktu SMA, MOS saya cukup berat karena saya baru pindah ke Bandung dan tinggal sendiri. Isi MOS nya sendiri kebanyakan berupa game dan motivasi dari guru tentang cita-cita kami.
Waktu kuliah, saya baru ngerasain ospek yang bener-bener melibatkan senior dan gimana rasanya ngerjain tugas sampe malem dan kumpul-kumpul seangkatan. Tapi, nggak seperti fakultas lainnya, atribut kami cukup name tag berwarna dan slayer.
Makanya, pas kemarin adik saya yang kedua masuk SMA dan harus bawa macem-macem saya sama adik saya yang pertama malah ngetawain daftar tugas dan bawaannya. Menurut adik saya yang pertama, sebenernya adik saya yang baru mau masuk SMA ini nggak usah segitu nurutnya lah sama kakak kelas. Kalo ada salah-salah sedikit juga nggak usah panik, toh salah-nggak salah, dia akan tetep sekolah di sekolah yang sama.
Saya nggak bisa menilai sebenarnya, karena saya nggak pernah mengalami MOS yang dialami adik saya. Tapi, saya pernah menjadi panitia semacam ospek saat kuliah, dan saya merasa seharusnya semua yang disuruh sama kakak kelasnya adik saya di SMA ini ada alasannya. For the sake of the name : orientasi siswa. Segala barang aneh-aneh yang disuruh dibawa ini harusnya adalah hubungannya sama kegiatan orientasi.
Masalahnya menurut saya, kalau tujuan dari orientasi ini adalah disiplin, kompak, dan patuh, hal itu mungkin nggak tercapai karena jaman-jaman MOS ini justru adalah jaman ngerepotin keluarga. Ibu saya sempet ke pasar dan ketemu sama ibu-ibu yang sibuk nyariin tali rafia dengan warna tertentu buat anaknya. Adik saya pergi untuk nyari barang MOS dan ketemu sama ibu-ibu lain yang malah nanya maksud dari nama barang bawaan yang disuruh dibawa. Saya yakin banget, pasti ibu-ibunya panitia MOS ini juga mengalami hal yang sama. Sayang banget, kan, satu hal penting yang bisa menghasilkan nilai positif untuk si siswa baru malah berakhir jadi ngerepotin sekeluarga.
Here's my positive thoughts of the tasks :
dari seluruh barang bawaan aneh-aneh yang mesti dibawa dan dibuat, sebenernya kakak kelas bisa membentuk sebuah kelompok anak baru yang bisa bekerja sama dengan cara mengharuskan barang bawaan itu dikoordinir di kelasnya. Misalnya, ada anak yang nemu barang ini, ya dia bilang ke temennya yang lain dimana tempat belinya, atau malah beliin dulu dan saat mereka ngumpul, barangnya dibagi-bagi.
dari tugas bikin essay anak-anak baru bisa bebas mengekspresikan pandangannya tentang MOS yang akan mereka hadapi, secara nggak sadar, mereka memiliki ekspektasi tentang apa yang akan mereka dapat, dan nggak cuma merasa dikerjain selama seminggu (atau berapa lamapun durasi MOSnya)
dari tugas nyatetin alamat temen sekelas, minimal si anak baru bisa kenal sama semua temen sekelasnya. Dan walaupun akhirnya cuma seorang yang nyatetin alamat dan yang lain minta fotokopinya, paling nggak ada proses komunikasi dan kerja sama dalam tugas itu.
A lot of things can be gain, yet when you take it the wrong way, the wrong things start showering.
Salahnya dari MOS ini menurut saya adalah pendapat orang-orang terhadap kegiatan ini udah negatif aja. Ajang ngerjain dan dikerjain. Sepositif apapun makna di balik semua tugas dan barang bawaan. Saya sendiri baru tahu hal ini setelah kuliah (yang menurut saya telat banget, padahal saya nggak dapet kegiatan MOS juga) Sayang banget kan, kalo MOS yang sekali per tiga tahun selama SMP dan SMA ini cuma jadi ajang ngerjain dan dikerjain?
Dulu, jaman SMP, waktu saya pulang sekolah, saya ngeliat serombongan anak baru dengan segala macam atribut (pita rambut, kaus kaki, tas karung) di depan sekolah mereka. Kebetulan, pas angkatan saya, di SMP nggak ada acara MOS begitu. Saya lupa, sih, MOS nya kayak apa, yang jelas kami nggak disuruh pake atribut macem-macem atau menebak-nebak apa barang yang harus saya bawa ke sekolah karena di suruh kakak kelas.
Waktu SMA, MOS saya cukup berat karena saya baru pindah ke Bandung dan tinggal sendiri. Isi MOS nya sendiri kebanyakan berupa game dan motivasi dari guru tentang cita-cita kami.
Waktu kuliah, saya baru ngerasain ospek yang bener-bener melibatkan senior dan gimana rasanya ngerjain tugas sampe malem dan kumpul-kumpul seangkatan. Tapi, nggak seperti fakultas lainnya, atribut kami cukup name tag berwarna dan slayer.
Makanya, pas kemarin adik saya yang kedua masuk SMA dan harus bawa macem-macem saya sama adik saya yang pertama malah ngetawain daftar tugas dan bawaannya. Menurut adik saya yang pertama, sebenernya adik saya yang baru mau masuk SMA ini nggak usah segitu nurutnya lah sama kakak kelas. Kalo ada salah-salah sedikit juga nggak usah panik, toh salah-nggak salah, dia akan tetep sekolah di sekolah yang sama.
Saya nggak bisa menilai sebenarnya, karena saya nggak pernah mengalami MOS yang dialami adik saya. Tapi, saya pernah menjadi panitia semacam ospek saat kuliah, dan saya merasa seharusnya semua yang disuruh sama kakak kelasnya adik saya di SMA ini ada alasannya. For the sake of the name : orientasi siswa. Segala barang aneh-aneh yang disuruh dibawa ini harusnya adalah hubungannya sama kegiatan orientasi.
Masalahnya menurut saya, kalau tujuan dari orientasi ini adalah disiplin, kompak, dan patuh, hal itu mungkin nggak tercapai karena jaman-jaman MOS ini justru adalah jaman ngerepotin keluarga. Ibu saya sempet ke pasar dan ketemu sama ibu-ibu yang sibuk nyariin tali rafia dengan warna tertentu buat anaknya. Adik saya pergi untuk nyari barang MOS dan ketemu sama ibu-ibu lain yang malah nanya maksud dari nama barang bawaan yang disuruh dibawa. Saya yakin banget, pasti ibu-ibunya panitia MOS ini juga mengalami hal yang sama. Sayang banget, kan, satu hal penting yang bisa menghasilkan nilai positif untuk si siswa baru malah berakhir jadi ngerepotin sekeluarga.
Here's my positive thoughts of the tasks :
dari seluruh barang bawaan aneh-aneh yang mesti dibawa dan dibuat, sebenernya kakak kelas bisa membentuk sebuah kelompok anak baru yang bisa bekerja sama dengan cara mengharuskan barang bawaan itu dikoordinir di kelasnya. Misalnya, ada anak yang nemu barang ini, ya dia bilang ke temennya yang lain dimana tempat belinya, atau malah beliin dulu dan saat mereka ngumpul, barangnya dibagi-bagi.
dari tugas bikin essay anak-anak baru bisa bebas mengekspresikan pandangannya tentang MOS yang akan mereka hadapi, secara nggak sadar, mereka memiliki ekspektasi tentang apa yang akan mereka dapat, dan nggak cuma merasa dikerjain selama seminggu (atau berapa lamapun durasi MOSnya)
dari tugas nyatetin alamat temen sekelas, minimal si anak baru bisa kenal sama semua temen sekelasnya. Dan walaupun akhirnya cuma seorang yang nyatetin alamat dan yang lain minta fotokopinya, paling nggak ada proses komunikasi dan kerja sama dalam tugas itu.
A lot of things can be gain, yet when you take it the wrong way, the wrong things start showering.
Salahnya dari MOS ini menurut saya adalah pendapat orang-orang terhadap kegiatan ini udah negatif aja. Ajang ngerjain dan dikerjain. Sepositif apapun makna di balik semua tugas dan barang bawaan. Saya sendiri baru tahu hal ini setelah kuliah (yang menurut saya telat banget, padahal saya nggak dapet kegiatan MOS juga) Sayang banget kan, kalo MOS yang sekali per tiga tahun selama SMP dan SMA ini cuma jadi ajang ngerjain dan dikerjain?
finally understand why she put this up :)
this is the time to be
more than a name
or a face in the crowd
this is the time
this is the time of my life
this is the time to be
more than a name
or a face in the crowd
this is the time
this is the time of my life
Hari Sabtu kemarin akhirnya saya jalan-jalan juga. Setelah liburan cuma bulak-balik kampus dan komputer, akhirnya Fadilah ngajak pergi ke Jakarta Book Fair. Setiap tahun biasanya kita pergi, sih. Biasanya di hari terakhir. Soalnya kalo hari terakhir biasanya diskonnya lebih banyak walaupun venue nya jadi lebih rame.
Kira-kira kami sampai jam setengah sebelas di Istora dan langsung kalap soalnya stand yang paling deket pintu masuk adalah stand periplus yang lagi diskon gila-gilaan. buku impor yang harga normalnya bisa sampe 90ribuan, tiba-tiba bisa jadi 21ribu! Sayangnya, kami cuma beli 1 buku karena merasa belum muterin bookfair dan nggak asik aja kalo kalap di depan.
Setelah muter di bookfair, kami akhirnya ikutan bedah buku travelove nya Trinity dan kawan-kawan. Sayang sekali fadilah nggak bawa buku The Naked Traveler nya, jadi nggak bisa minta tanda tangan Trinity. Padahal abis bedah buku, semua pengarangnya langsung turun ke tempat penonton dan bisa dimintain tanda tangan.
Kami akhirnya dapet makanan di stand punya temennya fadilah yang asli orang jepang :D
Kami juga beli kakigori yang mirip-mirip es serut.
Dan ketemu banyak doraemon
Kira-kira kami sampai jam setengah sebelas di Istora dan langsung kalap soalnya stand yang paling deket pintu masuk adalah stand periplus yang lagi diskon gila-gilaan. buku impor yang harga normalnya bisa sampe 90ribuan, tiba-tiba bisa jadi 21ribu! Sayangnya, kami cuma beli 1 buku karena merasa belum muterin bookfair dan nggak asik aja kalo kalap di depan.
CHERUB series di stand periplus yang ternyata seru dan nyesel karena cuma beli satu dan nggak ada terjemahannya dan nggak tau lagi harus beli di mana dan ternyata ada 12 buku |
bedah buku travelove! (sayang sekali fotonya blur) |
Setelah nonton bedah buku, karena sudah lumayan lama muter di bookfair, kami memutuskan untuk pergi ke Ennichisai. Semacam festival Jepang tahunan yang diadakan di Blok M. Kirain acaranya indoor, karena nggak tau venue-nya, saya sempet nelpon temen dan akhirnya ngikutin sekelompok orang Jepang yang entah kenapa bisa ada di Blok M. Ternyata, Ennichisai itu festival outdoor yang diadain di jalan raya. Seru banget! Ada parade, lomba-lomba, stand suvenir, dan stand makanan Jepang.
parade anak-anak kecil! |
Kami juga beli kakigori yang mirip-mirip es serut.
kakigori apple-orange! |
Dan setelah jalan-jalan kurang lebih 10 jam, akhirnya kami pulang! Finally, a worth day out for me :)