source : x |
Fitri : yang ditawarin sama Asia Tenggara itu kuil-kuil sama pantai, Dhil. Gue anaknya cuma mau nyobain MRT doang kok muter-muter kota. Commuting.Itinerary, (menurut saya, setelah coba buat sendiri) is personal. Kalo kata blog ini :
Dhila : Wah, berarti gue salah orang
you're going to spend your money and your time, so go travel for your own sake. Don't go to Paris just because everyone says, 'you haven't been to Europe if you've never posed in front of Eiffel Tower.' In that case, you'll only end up seeing 320 meters tall iron.Saya bukannya nggak punya minat pergi ke pantai atau naik gunung. Saya juga kepingin kok, menikmati sunrise di Angkor Wat (misalnya). Saya cuma lebih tertarik untuk menjadi penduduk kota lain dalam sehari. Commuting from here to there, seeing beyond hustle-bustle of the city. Plus saya suka sekali naik transportasi umum, listening properly or watching cautiously to know which station I should get off. Tapping a card and getting out of the gate. There's little achievement in that, at least menurut saya begitu.
Weird? I define it as preference.
Nah, karena masalah preference inilah kayanya saya akan susah punya temen jalan. Contoh ekstrimnya, waktu saya bilang sama temen saya kalau saya nggak terlalu pengen ke Phuket kalo ke Thailand, temen saya dengan (lumayan) heboh bilang, "kok gitu sih? Orang ke Thailand justru tuh mau ke pantai kali," (kemudian saya merasa dimusuhi. (aku cuma mau naik Chao Praya Express Boat sama Bangkok Sky Trainnya kak))
Sekarang kenyataannya saya akan pergi sama Dhila yang memutuskan untuk melihat keindahan alam meskipun perginya ke Singapura. Di sinilah pentingnya menyusun itinerary bersama-sama. Untungnya saya dan Dhila lumayan well-planned dan mau repot browsing sana-sini untuk bikin itinerary lengkap
Liburan Singapura kami harus efektif dan efisien karena kami cuma punya 2 setengah hari untuk jalan-jalan. Untungnya satu-satunya yang harus dibahas adalah Dhila yang mau liat pinguin di Jurong Bird Park dan saya yang mau ke Red Dot Design Museum (library dan bookstore trip punya saya sepertinya nggak efektif waktu dan mendingan dilakukan kalau lagi solo trip biar nggak ngerepotin orang). Si Jurong Bird Park ini tiket masuknya SGD25 dan kalo kata temen saya "ngapain sih lo liat pinguin aja jauh-jauh ke Singapur!" (kalo kata ayah, "kak, bilang sama Dhila, liat pinguinnya di google aja,"). Dan setelah beberapa minggu bertahan dengan Jurong, saya dan Dhila akhirnya beli voucher Singapore Flyer dll yang lagi diskon gede banget, nggak jadi deh ke Jurong-nya.
atau liat pinguin yang ini aja :3 (source) |
Itinerary yang kami buat ini memang lengkap sampai kemana naik apa dan berapa jam perjalanannya (thanks to google maps dan gothere.sg), tapi sama sekali bukan jadwal acara macam karya wisata anak sekolahan yang nggak bisa diubah-ubah. I think it actually depends on ourselves. Kebetulan aja saya anaknya nggak bisa banget berangkat kalo nggak tau gimana cara pulang dari tempat yang mau saya tuju. Itinerary works that way for me. Paling nggak, saya bisa refer ke itinerary saya saat saya beneran ada di tempat.
Besides, making itinerary is fun! Asal, kalo anaknya mager kayak saya, jangan sampe bikin itinerary nya setahun sebelum pergi. Luntur duluan keinginan travelingnya.
Sooo... see you on #4!!