Mendadak Malaysia #2 : 'Dramatic Flight' and Arriving
January 26, 2015Kira-kira 3 hari sebelum flight, setelah saya, Finka, dan Zahra membereskan urusan tuker uang di money changer, packing list, dan rencana ketemuan di bandara, tiba-tiba Zahra ngirim foto di grup chat :
"teman-teman, kok tiket ku tulisannya jam 8, ya?"nah loh
ternyata, akibat beli tiketnya nyusul, Finka salah pilihin tiket dan ngebeliin Zahra tiket jam 8 pagi, sementara tiket saya dan Finka jam 1 siang! Jadilah setelah browsing sana sini dan kalo mau reschedule flight bayarnya lumayan mahal, akhirnya Zahra tetap berangkat sendiri. Setelah itu dia nggak akan nunggu saya dan Finka di bandara (karena kami baru akan tiba jam 4 sore) tapi langsung check in di hostel yang sudah kami pesan.
di hari-H, saya dan Finka bertemu di bandara sesuai rencana. Mendekati waktu penerbangan, kami mulai chatting sama Zahra yang sudah sampai di Malaysia dan sedang makan KFC (?). Alhamdulillah penerbangannya lancar dan dia mau siap-siap berangkat ke hostel.
Saya dan Finka pun boarding. Karena tempat duduk kami nggak sebelahan, kami ngantri terpisah dan langsung menuju ke tempat duduk masing-masing. Saya dapet kursi di aisle dan di sebelah saya adalah sepasang suami istri yang sudah cukup tua (
Jadi, daripada suudzon dan mikir macem-macem, saya langsung baca inflight magazine begitu duduk di kursi pesawat. Tapi pas pramugarinya meragain cara evakuasi, saya langsung fokus merhatiin pramugarinya, makanya begitu mereka stop di tengah-tengah pas lagi meragain masker oksigen, saya ikut ngeliatin pramugarinya jalan ke beberapa kursi di belakang saya, daaaan... marahin orang yang masih nyalain HP.
DUH!
Kayaknya si penumpang itu nggak ngerti bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, soalnya pramugarinya berulang kali bilang, "please turn off your phone. No flight mode. Go ahead. No, No flight mode. Turn it off. Please, sir, go ahead," begitu aja terus diulang-ulang kan eke jadi panik. Bisaaaa aja ada orang naik pesawat gak matiin HP padahal udah diumumin juga pas pesawatnya mulai jalan mau take off. (Ini belum take off sih, tapi udah hampir).
Setelah penumpang itu matiin HP, instruksi evakuasi sudah selesai dan pesawat sudah take off (plus sudah lewat awan-awan hujan) saya lanjut baca majalah. Kebetulan inflight magazine nya bahas tentang Melaka dan beberapa aplikasi HP yang berguna saat traveling. Sayangnya, majalahnya ketipisan, begitu pesawat terbang kira-kira setengah jam, udah abis aja majalahnya. Saya pun akhirnya baca buku yang saya bawa.
Abis itu ada suara kapten, katanya angin sedang kencang dan akan ada guncangan-guncangan kecil. Tapi kami akan mendarat di Malaysia kira-kira satu jam lagi.
Okelah, saya lanjut baca.
Tapi tiba-tiba, lampu seat belt dinyalain lagi. Ada suara pramugari, katanya pesawat melewati daerah dengan cuaca buruk. Pesawatnya mulai goyang-goyang. Saya langsung nutup meja dan masukin buku ke dalem tas. Panik! Turbulens sebetulnya biasa aja, tapi nggak pernah sampe pramugarinya pengumuman cuaca buruk. Duh. Saya beneran panik dan berusaha tidur (maksudnya biar gak kerasa, tapi mana bisaaa) sampai akhirnya pesawat berhenti berguncang-guncang.
Etapi ternyata saya buka mata di saat yang salah. Pas banget setelah itu, ada pengumuman kedua. Kali ini pramugarinya juga kedengeran panik (nah loh). Pesawat terguncang cukup keras, dan kali ini ada penumpang yang jerit segala (bukan lebay, emang beneran kenceng). Saya udah nggak bisa mikir, cuma doa aja, semoga bisa mendarat dengan selamat.
Alhamdulillah, kira-kira setengah jam kemudian, ada suara pengumuman landing. Lalu, di balik jendela mulai terlihat pohon-pohon kelapa sawit berderet, bukan putih lagi seperti beberapa saat yang lalu.
Yes, we're arriving in Malaysia!
Begitu ketemu Finka saat keluar pesawat, saya langsung ngomong soal turbulens tadi. Etapi Finkanya tidur -,-. Sementara saya panik, dia malah baru bangun pas suara pramugarinya panik, terus... tidur lagi.
Okelah.
See you in #3
0 comments