Don't be Easy to Hate
March 20, 2018from here |
Kenapa eh kenapa judulnya kok ada hate hate nya (ehehe).
Ini... sekedar mau menuangkan apa yang ada di kepala saya belakangan ini, sih. Jadi... saya nih anaknya banyak pet peeves-nya. Ada orang makan nggak abis, buat saya ganggu. Ada orang suka becanda vulgar, saya kesel. Ada artis diwawancara tapi jawabannya nggak nyambung sama pertanyannya juga saya sebel banget nontonnya (ini lah salah satu alasan kenapa saya nggak nonton acara televisi indonesia beberapa tahun belakangan, ujung-ujungnya nambah dosa doang huhu). Bahkan baca cerita di wattpad yang penulis ceritanya berulang kali nulis 'di tempat' jadi 'ditempat' atau 'ditulis' jadi 'di tulis' aja ganggu banget buat saya. See, there's a lot of reason for me to hate dan itu baru hal-hal sepele yang saya juga sadar betul nggak penting-penting amat. Temen saya sampe bilang; "lo tuh, semua orang aja lo sebelin,"
Tapi namanya juga pet peeve, sifatnya individual banget kan ya, (bisa aja nih, as I'm typing this, ada orang yang pet peeve-nya adalah ngeliat orang yang kalau nulis atau ngomong bahasanya dicampur-campur) jadi sebisa mungkin, misalnya nggak ngerugiin saya juga, saya nggak bawa-bawa rasa sebal yang ditimbulkan sama pet peeve ini ke hubungan personal. Karena, as I grow older, saya makin merasa bahwa marah dan memutuskan hubungan sama orang cuma karena hal-hal sepele itu kayak... memutus kemungkinan-kemungkinan baik yang mungkin bisa aja terjadi kalau kita memilih untuk mengabaikan yang kecil-kecil dan subjektif itu.
Misalnya nih, temen saya ada yang suka nulis blog dan kebiasaan banget nulis 'di tempat' nya nggak dipisah 'di' nya (maaf ya contohnya ini terus, karena serius, buat saya ini ganggu (walaupun masih bisa ditolerir). Terus suatu hari tulisan di blog nya mau diterbitin dan dia butuh orang untuk desain cover bukunya, tapi dia nggak minta tolong saya karena saya musuhin dia akibat penulisan kata depan.
Hm, ini contoh ekstrim sih.
Terus yang kena banget buat saya tentang masalah benci-membenci ini adalah karena baru-baru ini temen saya lagi kesel sama orang, kebetulan dalam lingkup profesional, saya sih sebagai tempat diceritain (sambil agak-agak judging juga sih, haduh), dan kebetulan nggak setuju juga sama sikap si orang ini (walaupun ya saya nggak tau juga alasan sikapnya orang ini karena dia nggak paham aja apa gimana, ya itu mah beda cerita lah ya). Lalu, suatu hari saya liat instastories istri dari orang yang temen saya nggak suka itu (lah ini lingkup pertemanan kecil amat, ya tapi intinya gitu) isinya adalah orang yang temen saya nggak suka ini lagi main sama anaknya.
Lalu jengjeng.
Kayak... saya bisa nih kesel seeeeeekesel-keselnya sama satu orang, tapi biar gimana juga, orang itu bisa jadi orang paling berharga buat orang lain. Someone might means nothing to me, but he/she might means the world to someone else. Dan nggak tau kenapa, saya jadi luluh aja gitu, kayak kepikiran perasaan orang-orang yang sayang sama orang itu kalau tahu orang yang mereka sayang itu saya benci banget karena pet peeves saya yang subjektif itu, atau karena hal-hal yang saya nggak mau tau alasannya.
Ini cuma a piece of my mind aja, sih. Sekalian ngebersihin hati juga dari benci-benci sama orang lain. Bukannya terus saya jadi mentolerir segala sikap ngeselin atau sesuatu yang emang beneran salah, tapi mencoba, sekali lagi, mempraktekkan apa yang seseorang pernah bilang ke saya dulu; hate the attitude, never the person.
0 comments