Sejatinya amanah itu, Bukan karena kamu mampu Bukan pula karena mereka merasa kamu mampu Bukan karena kamu tahu kapasitasmu Bukan pula karena mereka tahu kapasitasmu Dan jangan sampai pula karena kemauanmu Amanah itu kehendak Allah, rencana Allah atas kehidupanmu Bahkan sekiranya semua orang di sekitarmu berhimpun untuk menjauhkanmu dari amanah itu, jika Allah tahu itu yang terbaik bagimu, maka ia berikan amanah itu kepadamu. Bahkan sekiranya semua orang disekitarmu bersepakat menyatakan bahwa kamu tak mampu, jika Allah tahu amanah itu jalan terbaik untuk meningkatkan kapasitas dirimu, maka ia berikan amanah itu kepadamu. Bahkan sekiranya semua orang disekitarmu berupaya maksimal agar seseorang yang bukan dirimu yang mengemban amanah itu, jika Allah ingin mendidikmu dengan amanah itu, maka ia berikan amanah itu kepadamu. Bahkan sekiranya seluruh aibmu seketika memenuhi fikiranmu dan membuatmu berhenti melangkah karena ragu, jika Allah tahu amanah itu akan membuatmu menjadi hamba yang semakin baik dan semakin dekat dengan-Nya, maka amanah itu akan Dia berikan kepadamu. Percayalah, ada rencana terbaik yang sudah Allah persiapkan, Sikapilah dengan ikhtiar terbaik yang kamu lakukan, Serta pertanggungjawaban terbaik yang bisa kamu persiapkan. Sekali lagi, ini bukan tentang kamu dan mereka, ini tentang kamu dan Dia Dan melangkahlah dengan percaya, bahwa bersama-Nya semuanya akan baik-baik sajastatusnya hanifa. bismillah.
to tell the truth might be the hardest thing someone could ever committed. I know it sounds super-exaggerated but it may be true in some condition. For example, in condition where people believe that majority is true. Then it becomes the true is what majority think it is.
I've been in one (or two, or maybe more) condition where I couldn't find the guts to tell the truth. I'm not being proud by letting people know about it, either making a justification (and this writing is a self reflection). The moment I can't say what I believe as the truth to majority of people that's the moment I know I have problem with myself.
So, while feeling guilty, I texted a friend, telling her that I don't feel right about keeping myself silence at that time and also afraid that I might have been telling the truth but then make it more acceptable by ended up giving tolerance by saying things that show that I also agree with that condition, even though I did not. So my friend reply was :
It is important to be sure about who you are, what you are, and to tell people about that. Identity is something that make people recognize you. From the start, make people recognize you at one go, that way, you might have told people what you believe in without a word. That way, you might mingle with anyone else and the truth that you believe in may had spread a little bit wider.
Sure enough, screaming has less relation with acceptance but doing nothing has never been an answer.
-IMHO
I've been in one (or two, or maybe more) condition where I couldn't find the guts to tell the truth. I'm not being proud by letting people know about it, either making a justification (and this writing is a self reflection). The moment I can't say what I believe as the truth to majority of people that's the moment I know I have problem with myself.
So, while feeling guilty, I texted a friend, telling her that I don't feel right about keeping myself silence at that time and also afraid that I might have been telling the truth but then make it more acceptable by ended up giving tolerance by saying things that show that I also agree with that condition, even though I did not. So my friend reply was :
"kamu yang kenal temen kamu itu gimana karakternya. Ada yang bisa nerima pas kita frontal, ada yang emang yaudah kita mikir aja. Dan kebanyakan milih gak usah nyinggung soal hal yang kamu bilang itu, karena itu buah dari akar, kan? Kalo akarnya kuat, bener, buahnya ya bagus. Tapi kamu tetep nunjukin prinsip yang dipegangnya itu. Mereka juga ngerti kok,"That was, once again, not a justification but only another way to tell the truth. You see, people have come from a very different background with different way of teaching, way of thinking, et cetera. Their way of accepting different things are also different. There might be some people who went angry over small-unimportant things or maybe just sit down in silence, letting things they know is wrong happened in front of their eyes.
It is important to be sure about who you are, what you are, and to tell people about that. Identity is something that make people recognize you. From the start, make people recognize you at one go, that way, you might have told people what you believe in without a word. That way, you might mingle with anyone else and the truth that you believe in may had spread a little bit wider.
Sure enough, screaming has less relation with acceptance but doing nothing has never been an answer.
-IMHO
"Allah menghadirkan rasa ragu, mungkin Dia sedang mempertanyakan, adakah kontribusi untuk Ku dalam rencanamu?" - una's text messagethere's a chapter in my life that would be hard to forget. The one I would like to have it open like a book I read on my sleepless night, the one I would like to embrace until the end. That is a chapter of the time I start to read and learn. And that is a chapter that running along right beside me. Never try to pull me into a teary-nostalgic-feeling, the one that encourage me to do better. On and on.
jadi mahasiswa tingkat akhir itu berarti jadi orang yang dihujani pertanyaan yang didahului dengan kata 'apa' ('apa topik skripsinya?'), dilanjutkan dengan 'kapan' (misalnya 'kapan lulus?' dan 'kapan wisuda?' lebih jauh lagi 'kapan mulai cari kerja?' dan 'kapan nikah' (yang terakhir kejauhan sih keponya)) yang diikuti dengan pertanyaan di mana ('mau kerja di mana?' 'mau lanjut sekolah di mana?' dan 'udah daftar di mana aja?').
saya pernah baca tulisan orang yang udah lulus, dia bilang intinya begini 'kalo nggak kenal-kenal banget nggak usahlah nanya-nanya abis lulus ini dia mau ke mana. it is indeed the hardest question we didn't learn in university'. dan saya setuju sama hal itu. pertanyaan ini terlalu nyebelin (meskipun jawabannya penting).
percayalah teman-teman walaupun kita nggak dapet sinyal satu semester penuh jadi orang tua sama sekali nggak bisa nanyain progres skripsi dan kapan wisuda dilaksanakan sampe ga bisa scroll timeline twitter untuk tau keluh kesah orang-orang tentang skripsi masing-masing atau laporan progress masing-masing, pertanyaan-pertanyaan di atas itu tetep aja menghantui (dengan versi macam-macam).
siapa yang nanyain? diri sendiri. satu bagian yang daleeeeeeeem dan jauuuuuuuh banget di otak dan hati, bolak-balik mempertanyakan. setelah lulus lalu apa?
dan percaya, deh, to take a step forward is never easy.
saya bisa aja menjabarkan beberapa kemungkinan yang bisa terjadi setelah saya lulus. tapi untuk mengambil first step itu, sampai sekarang saya masih ragu. entah karena apa. sepertinya masih ada yang mengganjal. walaupun ini jadi reminder juga sih, saya harusnya bersyukur. enam belas tahun belakangan ini saya sekolah nggak berenti nggak pake galau mau masuk sekolah yang mana. lancaaaarrrr kayak jalanan di kampus.
ini kali pertama saya tahu perpindahana fasenya tidak akan semudah dulu. sekarang saya yang memutuskan, mau ke mana, mau apa, mau di mana, mau bagaimana...
to move on is never easy, either to take a step forward. the future might not pitch black, but it is so bright that it is blinding. yang pasti, kemanapun akhirnya, semoga saya tetap 'nggak kemana-mana'
saya pernah baca tulisan orang yang udah lulus, dia bilang intinya begini 'kalo nggak kenal-kenal banget nggak usahlah nanya-nanya abis lulus ini dia mau ke mana. it is indeed the hardest question we didn't learn in university'. dan saya setuju sama hal itu. pertanyaan ini terlalu nyebelin (meskipun jawabannya penting).
percayalah teman-teman walaupun kita nggak dapet sinyal satu semester penuh jadi orang tua sama sekali nggak bisa nanyain progres skripsi dan kapan wisuda dilaksanakan sampe ga bisa scroll timeline twitter untuk tau keluh kesah orang-orang tentang skripsi masing-masing atau laporan progress masing-masing, pertanyaan-pertanyaan di atas itu tetep aja menghantui (dengan versi macam-macam).
siapa yang nanyain? diri sendiri. satu bagian yang daleeeeeeeem dan jauuuuuuuh banget di otak dan hati, bolak-balik mempertanyakan. setelah lulus lalu apa?
dan percaya, deh, to take a step forward is never easy.
saya bisa aja menjabarkan beberapa kemungkinan yang bisa terjadi setelah saya lulus. tapi untuk mengambil first step itu, sampai sekarang saya masih ragu. entah karena apa. sepertinya masih ada yang mengganjal. walaupun ini jadi reminder juga sih, saya harusnya bersyukur. enam belas tahun belakangan ini saya sekolah nggak berenti nggak pake galau mau masuk sekolah yang mana. lancaaaarrrr kayak jalanan di kampus.
ini kali pertama saya tahu perpindahana fasenya tidak akan semudah dulu. sekarang saya yang memutuskan, mau ke mana, mau apa, mau di mana, mau bagaimana...
to move on is never easy, either to take a step forward. the future might not pitch black, but it is so bright that it is blinding. yang pasti, kemanapun akhirnya, semoga saya tetap 'nggak kemana-mana'
nggak kerasa tinggal sebulan lagi.
pengumpulan draft skripsi saya tanggal 3 Juni, which means, there is less than a month for me to complete the writings. sekarang baru sadar kenapa dosen pembimbing saya beberapa minggu lalu agak panik sama kemajuan skripsi anak-anak bimbingannya. maaf ya, bu, anak bandel nih buuu~
yang jelas, saya nggak sendirian mondar-mandir baca ini itu, highlighting di sini dan di situ, plus nempel post it (setengah karena bukunya jadi keren aja gitu abis ditempelin post it) di mana-mana sampai denda buku perpus. Teman-teman saya yang jauh di sana, juga lagi pada ngurus tugas akhir, and I feeeeeeel youuu through your inspiring writing :) baik sekali ya, selagi sibuk begitu masih sempat ngingetin orang soal nilai-nilai positif hidup dan usaha kita selama hidup. jazakillah khoir.
see you on this August I guess, I'm now injecting every spirit I could to my whole body so I can finish this on time. after all, suatu kaum tidak berubah sebelum mereka merubah dirinya sendiri, bukan? Apalah yang sulit untuk Sang Pemberi Kehendak kalau determinasi, usaha, dan doamu lebih tinggi dari langit.
Semangat yaaaa yang lagi ngurusin skripsi (ngomong sama diri sendiri) dan semoga cepat selesai :)
pengumpulan draft skripsi saya tanggal 3 Juni, which means, there is less than a month for me to complete the writings. sekarang baru sadar kenapa dosen pembimbing saya beberapa minggu lalu agak panik sama kemajuan skripsi anak-anak bimbingannya. maaf ya, bu, anak bandel nih buuu~
yang jelas, saya nggak sendirian mondar-mandir baca ini itu, highlighting di sini dan di situ, plus nempel post it (setengah karena bukunya jadi keren aja gitu abis ditempelin post it) di mana-mana sampai denda buku perpus. Teman-teman saya yang jauh di sana, juga lagi pada ngurus tugas akhir, and I feeeeeeel youuu through your inspiring writing :) baik sekali ya, selagi sibuk begitu masih sempat ngingetin orang soal nilai-nilai positif hidup dan usaha kita selama hidup. jazakillah khoir.
see you on this August I guess, I'm now injecting every spirit I could to my whole body so I can finish this on time. after all, suatu kaum tidak berubah sebelum mereka merubah dirinya sendiri, bukan? Apalah yang sulit untuk Sang Pemberi Kehendak kalau determinasi, usaha, dan doamu lebih tinggi dari langit.
Semangat yaaaa yang lagi ngurusin skripsi (ngomong sama diri sendiri) dan semoga cepat selesai :)